Dengan merayakan Ekaristi Hari Minggu Paskah II yang dipimpin oleh Mgr. Antonius Bunyamin Subianto, OSC (Uskup Bandung-Ketua KWI), Teens School of Mission (T-SOM) atau Sekolah Misi Remaja Angkatan ke-4 resmi dimulai. Program bina lanjutan (ongoing formation) pasca Jamnas SEKAMI melibatkan 13 Keuskupan di Indonesia: Keuskupan Manado, Keuskupan Agung Makassar, Keuskupan Amboina, Keuskupan Bandung, Keuskupan Bogor, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Padang, Keuskupan Sibolga, Keuskupan Pangkal Pinang, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Tanjung Selor, Keuskupan Sintang, dan Keuskupan Sanggau. Program Sekolah Misi Remaja yang digagas oleh Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia bertujuan agar komitmen misioner terus tumbuh dan berbuah dalam diri para remaja Katolik. Biro Nasional KKI dalam kerja sama dengan KKI Keuskupan mengusahakan setiap Remaja yang menjadi jebolan T-SoM menjadi pribadi yang “cerdas, tangguh, gembira dan misioner“. Komitmen ini kemudian dapat bertumbuh dan berkembang dalam diri Remaja-Remaja Katolik di Keuskupan, Kevikepan, dan Paroki masing-masing.
![]() | ![]() |
Aktivitas hari pertama diisi dengan pengenalan satu sama lain. Tak kenal maka tak sayang, sudah kenal makin disayang. Melalui dinamika yang dikemas dengan sangat apik oleh panitia lokal; para Dirdios, peserta dan para Pendamping T-SoM#4 berkenalan satu dengan yang lain. RD. Ferdinandus Paulus N.T. selaku Dirdios KKI KAMS memperkenalkan peserta T-SoM#4 yang terdiri dari 4 remaja dan 1 pendamping. Para remaja peserta T-SoM#4 itu adalah:
Sementara, pendamping para remaja adalah saudari Veronika Bunna (Paroki Sto. Fransiskus Assisi Panakkukang – Makassar)
Setelah perkenalan singkat, para remaja dan pendamping berproses untuk lebih mengenali diri dan sesamanya. Pendalaman materi difasilitasi oleh Sr. Yuliva Mokalu, DSY (Dirdios KKI Keuskupan Tanjung Selor). Pada sesi ini peserta diajak untuk mengenali diri sebagai pribadi hebat yang di balik itu berakar pada konsep biblis “Aku sebagai Citra Allah“. Melalui materi pengenalan diri, diharapkan bahwa para peserta remaja dan pendamping dapat menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan untuk kemudian belajar memberikan diri bagi orang lain. Kegiatan hari pertama ditutup dengan refleksi dan ibadat Taize.
Pada hari kedua, kegiatan diawali dengan Perayaan Ekaristi Hari Raya Kabar Sukacita yang dipimpin oleh RD. Ferdinandus Paulus. didampingi oleh RD. Lopez (Dirdios KKI Keuskupan Ambon) dan RD. Marson Pungis (Dirdios KKI Keuskupan Manado). Petugas dalam Perayaan Ekaristi adalah para peserta dari Keuskupan Agung Makassar. Given mengambil bagian sebagai Lektor; Adel mengambil bagian sebagai Solis (pemazmur); Levina mengambil bagian sebagai dirigen, dan Andra mengambil bagian sebagai organis. Sungguh luar biasa semangat pelayanan dari para peserta utusan KAMS. Setelah merayakan Ekaristi, para peserta melanjutkan kegiatan dengan outbond. Taman Lalu Lintas Kota Bandung menjadi pilihan untuk aktivitas luar ruangan ini; dan para pendamping dalam kerjasama dengan panitia lokal menyiapkan 25 pos outbond.
![]() | ![]() |
Melalui aktivitas outbond para remaja Katolik diasah untuk menjadi pribadi yang mandiri dan cerdas. Kemandirian dilatih dengan pengambilan keputusan saat menghadapi “situasi“ permainan yang sulit dan alot. Kecerdasan dilatih dengan menentukan cara menghadapi permainan. Melalui kegiatan outbond para peserta lebih mengenal satu sama lain karena mereka dilebur dalam beberapa kelompok lintas Keuskupan. Salah seorang remaja merefleksikan pengalaman outbond dengan berkata “Bersahabat bukan hanya di saat senang karena menyelesaikan permainan, tetapi juga di saat duka saat seluruh anggota kelompok tidak bisa menyelesaikan permainan dengan baik“.
Hari ketiga diawali dengan Ibadat Pagi bersama (Laudes) sebagai salah satu bentuk pengenalan kekayaan tradisi Gereja kepada para peserta. Kemudian untuk menambah skill dan kemampuan personal, para peserta belajar bersama tentang public speaking. Sesi pembekalan public speaking dibawakan oleh Kak Nodi Rahadian seorang Master of Ceremonies yang cukup terkenal di Kota Bandung. Kak Nodi memberikan pembekalan untuk menjadi MC, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dijabarkan dari kata “speak” yakni; S = Self – confidence, P = Portion, E = Empathy, A = Attitude, K = Knowledge. Kak Nodi memaparkan bahwa seorang public speaker perlu memiliki rasa percaya diri dan tahu batasan, kapan harus bicara dan kapan harus diam. Pengendalian diri yang sesuai dengan porsi pun perlu dimiliki oleh seorang. Seorang public speaker juga harus memilki rasa empati terhadap audiens dan memiliki pengetahuan informasi terkait situasi kegiatan tetap menjaga gestur dan kontak mata dengan audiens.
![]() | ![]() |
Pada bagian akhir dari pertemuan, Direktur Nasional KKI, RD. Markus Nurwidi Pranoto, memberikan peneguhan kepada para peserta T-SoM. Romo Nur, sapaan akrabnya, mengingatkan kembali komitmen peserta T-SoM 4 untuk mengikuti T-SoM secara penuh dan total. Ia juga berpesan bagi para remaja untuk ”tidak menjadi remaja yang abal-abal. Seorang misionaris cilik harus punya ketangguhan, agar tidak mudah diombang-ambingkan dalam kehidupan”, demikian penegasan Romo Nur.
Pernas T-SoM#4 dengan tema ”Bandung Friendship” berpuncak dengan Perayaan Ekaristi penutupan yang dipimpin oleh RD. Yustinus Hilman Pujiatmoko (Vikjen Keuskupan Bandung). Selanjutnya, pernas T-SoM#4 akan diadakan di Keuskupan Pangkal Pinang pada bulan Juli yang akan datang. Salam T-SoM.
![]() | ![]() |
Kontributor: Veronika Bunna (Pendamping T-SoM#4 KAMS)
Editor: RD. I Made Markus Suma