Gereja Lokal Keuskupan Agung Makassar (KAMS) didirikan pada tanggal 13 April 1937 ketika bagian selatan pulau Sulawesi dimekarkan dari Vikariat Apostolik yang berpusat di Manado menjadi Prefektur Apostolik Makassar, yang selanjutnya dipercayakan kepada Kongregasi Hati Maria Tak Bernoda (CICM). Pada tanggal 11 Juni 1937 Mgr. Gerard Martens CICM, yang diangkat menjadi Prefek Apostolik Makassar, tiba bersama 3 pastor muda yakni Chris Eijkemans CICM, Cornelis van der Zant CICM dan Gerard Menting CICM. Lalu Mgr. G. Martens CICM dilantik oleh Mgr. W. Panis MSC, Vikaris Apostolik Manado, menjadi Prefek Apostolik di Makassar pada 21 Oktober 1937. Ketika itu umat Katolik di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara (dua provinsi sipil yang menjadi wilayah KAMS) tercatat berjumlah 1.955 (termasuk 750 orang Eropa).
Tanggal 13 Mei 1948 Gereja lokal Makassar yang muda belia itu ditingkatkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik. Mgr. N.M. Schneiders CICM ditahbiskan uskup dan menjadi Vikaris Apostolik pertama. Mgr. Schneiders mengambil sebuah tindakan visioner yakni pada tahun 1958 beliau mendirikan Tarekat diosesan Frater “Hamba-Hamba Kristus” (HHK), satu-satunya tarekat diosesan frater yang masih bertahan hidup sampai sekarang di Indonesia.
Pada 3 Januari 1961, Hirarki Indonesia didirikan oleh Paus Joannes XXIII melalui Konstitusi Apostolik “Quod Christus, Adorandus”. Sulawesi dan Maluku menjadi satu propinsi gerejawi. Makassar menjadi Keuskupan Agung, sementara Manado dan Amboina menjadi Keuskupan Sufragan. Agaknya unsur letaknya yang strategis (sentral) dan latar belakang historis yang menjadi pertimbangan utama mengapa Makassar-lah yang ditetapkan sebagai Keuskupan Agung, bukan Manado atau Amboina. Menyangkut perkembangan jumlah umat di Sulselra, dari 1.955 pada tahun 1937 menjadi 2.311 pada tahun 1941, berkembang menjadi 7.347 pada tahun 1952. Ketika Vikariat Apostolik Makassar menjadi Keuskupan Agung jumlah umatnya baru sekitar 20-an ribu.
Pada tanggal 22 September 1973 Mgr. Theodorus Lumanauw menggantikan Mgr. Schneiders menjadi Uskup Agung Keuskupan Agung Ujung Pandang, disingkat KAUP (sejak 1971 nama Makassar diganti menjadi Ujung Pandang). Mgr. Lumanauw memberi perhatian besar pada pendidikan calon imam. Dalam dekade tersebut berhasil ditahbiskan 12 imam diosesan. Mgr. Lumanau berpulang pada tanggal 18 Mei 1981 akibat kanker ganas.
Sepeninggal Mgr. Lumanauw, Pastor Frans van Roessel CICM dipilih menjadi Administrator Diosesan. Beliau dan kalangan CICM tetap konsisten pada kebijakan dasar mengenai indonesianisasi tenaga gerejawi. Tetapi, di lain pihak, belum ada imam pribumi yang dinilai siap menjadi Uskup diosesan menggantikan alm. Mgr. Theodorus Lumanauw. Maka kemudian diajukan permohonan ke Vatikan untuk meningkatkan status Pastor van Roessel dari Administrator Diosesan menjadi Administrator Apostolik, yang secara yuridis memiliki wewenang sama dengan Uskup diosesan. Permohonan itu dikabulkan pada 27 November 1983. Namun seorang Administrator Apostolik yang tidak menerima tahbisan Uskup tetaplah membawa kelemahan tertentu dalam kepemimpinan sebuah Keuskupan. Para imam diosesan KAUP di tahun 1987 berdiskusi serius dan menghasilkan sebuah kesepakatan bulat untuk mengajukan permohonan ke Vatikan, agar Mgr. Frans van Roessel CICM diangkat menjadi Uskup definitif KAUP. Permohonan kemudian ternyata dikabulkan lewat terna, dan pada 19 Maret 1988 Mgr. Frans van Roessel ditahbiskan Uskup dan dilantik menjadi Uskup Agung diosesan KAUP. Sebagaimana para pendahulunya, Mgr. Frans van Roessel juga menaruh perhatian besar pada pendidikan calon imam. Pada HUT Imamatnya ke-40, 4 Agustus 1983, beliau memulai sebuah aksi pengadaan dana abadi untuk pendidikan calon imam, yang disebutnya ”Dana Mgr. Lumanauw”.
Karena faktor usia dan kesehatan yang menurun, Mgr. van Roessel kemudian mendapat Uskup Auksilier. Pada 2 Februari 1992, Mgr. John Liku-Ada’ ditahbiskan uskup, sebagai Uskup tituler Amantia, dan diangkat menjadi Uskup Auxilier KAUP. Mgr. van Roessel mendelegasikan banyak tugas pelayanan pastoral kepada Monsinyur John Liku, antara lain kunjungan pastoral ke paroki-paroki di luar kota Makassar. Berselang tiga tahun, Sri Paus kemudian mengangkat Monsinyur John Liku menjadi Uskup Diosesan KAUP pada tanggal 19 Maret 1995. Sejak saat itu, Monsinyur John Liku menggembalakan Gereja Lokal KAMS yang terus-menerus berbenah dan berupaya menjadi Gereja yang mandiri baik dari sisi tenaga pelayan, prasarana pastoral maupun sumber pendanaan. Umat pun semakin diberi ruang untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan menggereja dan mendukung karya-karya pastoral serta pelayanan Gereja. Pada tahun 2012 Gereja lokal Keuskupan Agung Makassar genap berusia 75 tahun. Momen berahmat dan bersejarah ini ditandai dengan penyelenggaraan Sinode Diosesan Kanonik II yang berlangsung di Makassar pada tanggal 27-31 Mei 2012.
Setelah melewati pasang-surut sejarah kehadiran dan perkembangannya, berdasarkan data statistik 2022, umat Gereja Lokal KAMS berjumlah 160.471 jiwa. Umat Katolik ini tersebar di lima Kevikepan dengan 49 paroki dan 5 kuasi-paroki serta 548 stasi di tiga wilayah provinsi sipil (Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat). Untuk meningkatkan pelayanan rohani dan penggembalaan umat, Mgr. John Liku membentuk Kevikepan Sultra pada 1 Maret 2002, kemudian disusul Kevikepan Makassar pada 1 November 2002. Tahun berikutnya, Kevikepan Luwu dan Kevikepan Sulbar pun dibentuk pada 1 September 2003. Yang terakhir dibentuk adalah Kevikepan Toraja pada tanggal 17 September 2007.
Untuk menyiapkan dan mendidik para calon imam, Gereja Lokal KAMS mempunyai rumah untuk pendidikan dengan tiga tahapan, yakni Seminari Menengah Santo Petrus Claver Makassar (SPC), Tahun Orientasi Rohani Yohanes Maria Vianney Sangalla’ (TOR), dan Seminari Tinggi Anging Mammiri Yogyakarta (STAM). Adapun jumlah total calon imam di semua jenjang pada tahun 2024 dapat dilihat di bawah ini.
Selain menyiapkan tenaga tertahbis, Gereja Lokal KAMS juga memberikan perhatian pada para tenaga pewarta dan tenaga pastoral non-tertahbis. Dalam rangka menyiapkan kader-kader yang mandiri di bidang katekese dan pastoral, KAMS telah mendirikan Sekolah Tinggi Kateketik dan Pastoral Rantepao (STIKPAR) Toraja pada tahun 2002. Adapun total mahasiswa STIKPAR Toraja (semester II-X) pada tahun akademik 2023/2024 berjumlah 175 orang.
Umat KAMS kini dilayani oleh 3 Uskup (1 orang Uskup Agung, 1 orang Uskup Agung Koajutor, dan 1 orang Uskup Emeritus) dan 139 Imam dengan rincian 114 Imam Diosesan dan 25 Imam Tarekat. Salah seorang dari imam diosesan KAMS yakni RD. Fransiskus Nipa secara resmi dipilih dan diangkat oleh Sri Paus Fransiskus pada tanggal 21 Oktober 2023 menjadi Uskup Agung Koajutor yang mempunyai hak pengganti secara otomatis bilamana Uskup Diosesan berhalangan tetap atau pengunduran dirinya diterima oleh Sri Paus. Pengangkatan Uskup Agung Koajutor terpilih tentu menjadi kabar gembira bagi seluruh umat Gereja Lokal KAMS.
Ada enam tarekat Imam yang melayani di wilayah KAMS, yakni Kongregasi CICM, MSC, Claretian, SVD, O.Carm, dan OFM. Dua tenaga imam dari OFM Provinsi Duta Damai Papua baru saja memulai karya di Paroki Santo Antonius Rembon (SK penugasan per 1 Desember 2023). Selain itu, 8 Kongregasi Suster (SJMJ, CIJ, BKK, SFIC, RMI, FMM, MC, dan CB) berkarya di wilayah KAMS dengan total anggota berjumlah 113 orang; 103 yang berkaul kekal dan 10 berkaul sementara. Komposisi anggota per Kongregasi sebagai berikut: 79 Suster SJMJ ditambah 20 Postulan, kemudian 4 Suster BKK, 5 Suster CIJ, 10 Suster SFIC, 4 Suster RMI, 4 Suster FMM, 4 Suster MC, dan 3 Suster CB. Selain itu, ada sebuah Perserikatan Privat CJD dengan jumlah anggota 11 orang. Gereja Lokal KAMS juga diperkaya oleh kehadiran dan karya dua Tarekat Frater, yakni CMM dan HHK dengan total anggota berjumlah 72 orang. Kongregasi HHK sebagai tarekat yang lahir dari rahim KAMS mempunyai 56 Frater yang berkaul kekal dan 7 Frater berkaul sementara serta ada 8 Novis dan 3 Postulan. Sedangkan Kongregasi CMM mempunyai 9 orang Frater yang berkarya di wilayah KAMS.
N.B. Data dan informasi ini disusun secara ringkas berdasarkan tulisan Mgr. John Liku-Ada’, “Gereja Lokal KAMS 75 Tahun” dengan beberapa tambahan informasi terkini dari berbagai sumber.
Makassar, 11 Desember 2023
Updated 24 April 2024
I Made Markus Suma
Sekretaris KAMS