No | Wilayah I | Wilayah II | Wilayah III |
---|---|---|---|
Rukun Santo Paulus | Stasi To’ Bau | Stasi Masamba | |
Rukun Santo Paulus | Stasi Tondok Tangnga | Stasi Mappedeceng | |
Rukun Bunda Hati Kudus | Stasi Pangalli | Stasi Mariri | |
Rukun Santo Yosef | Stasi Rantebone | Stasi Teteinduk | |
Stasi Andulan | Stasi Lara III | Stasi Urukumpang | |
Stasi To’ Katimbang | Stasi Teteuri | Stasi Pettalandung | |
Stasi To’ Borung | Stasi Mangkallang | Stasi To’ Awo | |
Stasi To’ Uddi | Stasi Rambakulu |
Pembagian wilayah didasarkan pada daerah yang saling berdekatan. Wilayah I adalah daerah yang dekat dengan Pusat Paroki. Wilayah I terdiri dari 4 rukun dan 4 stasi. Jarak terdekat ke Pusat Paroki adalah 4 rukun yakini masing-masing 1 km, sedangkan jarak terjauh adalah Stasi To’ Uddi yakni 5,3 km. dari total 21 km jarak yang ditempuh untuk seluruh stasi dan rukun yang ada di wilayah I, sudah sebagian besar jalannya adalah jalan aspal, tinggal 4 km yang merupakan jalan kirikil. Namun semuanya bisa dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Wilayah II adalah daerah yang agak jauh dari Pusat Paroki. wilayah II ini merupakan pemekaran dari Wilayah I yang dilakukan pada tahun 2013. Wilayah II ini terdiri dari 8 stasi. Kedelapan stasi ini dikumpulkan salam wilayah II karena lokasi stasi-stasi ini berada pada satu jalan raya yang saling terhubung satu sama lain. Dari 8 stasi tersebut jarak yang paling dekat dengan Pusat Paroki adalah Stasi To’ Bau yakni 4 km, dan yang terjauh dari Pusat Paroki adalah Stasi Mangkallang 14,2 km. dari total 71 km jarak yang ditempuh untuk seluruh stasi dan rukun yang ada di wilayah satu, sudah sebagain besar jalannya adalah jalan aspal, tinggal 6 km merupakan jalan kerikil. Namun semuannya bisa dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Wilayah III adalah daerah yang paling jauh dari Pusat Paroki. Ada 7 stasi yang tergabung ke dalam wilayah III. Sudah sejak dari awal ketujuh stasi tersebut terbentuk sebagai sebuah wilayah. LOKASI PAROKI SITTI MARYAM SALUAMPAK Pastor Paroki Santo Mikael Palopo, RP. Jan Van Hersel, CICM pada suatu waktu menyarankan agar umat Saluampak mencari lokasi tanah yang strategis untuk kepentingan Gereja. Pada tahun 1970 dibeli sebidang tanah dengan luas ± 3 hektar di daerah Ponding (lokasi gereja saat ini). Posisinya strategis, diapit dua buah sungai, dan dipenuhi tanaman sagu. Umat stasi Saluampak kemudian mendirikan gereja sederhana di tempat itu. Pada waktu itu, umat Katolik stasi Saluampak sudah bertambah menjadi 70-an kepala keluarga. Sekitar akhir tahun 1970-an, atas permintaan umat, Mgr. Lumanauw kemudian membangun gedung Pusat Pastoral (Puspas) di kompleks tanah gereja di Ponding tersebut. Setelah gedung Puspas tersebut selesai dibangun maka salah satu gedung dari Puspas tersebut dijadikan sebagai gereja oleh umat Katolik Stasi Saluampak. Sebagai sebuah paroki, Saluampak merasa diri belum memiliki gedung gereja sendiri karena selama ini menumpang gereja di gedung Puspas. Karena itu, dibangunlah gedung gereja Paroki Saluampak yang besar dan megah yang kemudian diresmikan oleh Mgr. Johannes Liku Ada’ pada tanggal 8 Februari 1998. Dengan adanya gedung gereja yang baru tersebut maka sudah 4 kali Saluampak memindahkan gedung gerejanya. Setelah pembangunan gedung gereja selesai, maka pekerjaan selanjutnya adalah mengganti pastoran lama yang masih berbentuk rumah tinggi dan terbuat dari kayu menjadi pastoran yang lebih permanen dan memadai untuk ditempati. Pada tahun 2018, dibuat pagar keliling kompleks gereja bagian Utara yang berbatasan langsung dengan sungai Salumpak. Tahun 2022 aula Paroki Saluampak yang terletak diantara pastoran dan gedung gereja diperbaiki menjadi permanen dan lebih layak digunakan. Pada tahun 2023 dibangu juga Gua Maria sebagai sarana devosi kepada Bunda Maria yang diberkati pada tanggal 25 Maret 2023. Sumber : Proposal Pemakaran Stasi Santa Maria Masamba, Mei 2023
Desa Pongko Kec. Lamaci Kab. Luwu 91952 Sulawesi Selatan Telp.