JUMAT (29/3/2024), umat Kristiani di seluruh dunia mengenang wafat Yesus Kristus dalam ibadah yang dikenal dengan nama Jumat Agung. Ini adalah hari kedua dari Tri Hari Suci: Kamis Putih-Jumat Agung-Sabtu Suci.
Di Paroki Santa Maria Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, perayaan Jumat Agung diawali dengan lakon Jalan Salib hidup. Tablo ini dilakonkan oleh anak-anak remaja: Orang Muda Katolik (OMK) dan Putra Putri Altar (PPA).
Tablo ini dipersiapkan selama satu bulan penuh di bawah komando Bapak Salvinus Salamba yang akhirnya ditampilkan dengan baik selama 3 jam, dimulai dari pukul 08.00 Wita.
Sekitar 250 umat mengikuti Jalan Salib ini dalam kompleks gereja. Pemain tablo sungguh-sungguh dapat menampilkan dan menghayati apa yang diceritakan dalam Injil Yohanes, di mana umat dibuat terharu melihat adegan demi adegan. Selanjutnya pada pukul 15.00 dilaksanakan ibadah Jumat Agung yang dipimpin oleh Vikep Sulawesi Barat Pastor Oc. Samson Bureny, Pr. Dalam renungannya, Pastor Sam mengawali dengan bertanya, “Kok bisa ya ada pengkhianatan dalam kisah ini?”
Kita tahu bahwa ke-12 murid Yesus selalu bersama-sama ke mana saja pergi. Mungkin saja bagi mereka ada hal-hal yang tidak dibuka bagi banyak orang yang mengikuti-Nya tetapi secara internal, ke-12 murid itu tidak ada yang ditutupi. Tapi ternyata, justru kedekatan mereka menimbulkan kecemburuan bagi banyak orang, mereka selalu mengikuti dan mendengar Yesus. Yudas Iskariot akhirnya mengkhianati Yesus. Kok bisa ya? Dengan pengkhianatan ini membuat Yesus diadili dan akhirnya dihukum mati.
Bicara pengkhianatan, ternyata bukan datang dari orang yang tidak kita kenal tetapi justru datang dari orang yang kita kenal bahkan akrab. Seperti yang dialami oleh Yesus, dikhinati dan disangkal. Maka pada momentum ini, kita perlu merenungkan masalah pengkhianatan yang ternyata sudah ada sejak zaman Yesus. Yudas, Petrus, dan para murid yang lain meninggalkan Yesus setelah ditangkap. Mereka semua berpaling dari Yesus.
Dalam realitas kehidupan, hal yang sama juga bisa terjadi. Suami khianati istrinya dengan perselingkuhan dan sebaliknya. Anak pun demikian, para imam pun juga tidak luput, bisa dikhianati umatnya dan sebaliknya. Semua ini terjadi pada orang yang dekat atau sahabat.
Pertanyaannya, apakah ini bagus? Jawabannya sudah pasti tidak. Karena pengkhianatan mengantar pada tipu daya dan bahkan kematian. Yesus tahu semua yang akan terjadi tapi Ia tidak menghindar. Semua Ia jalani sebagai bentuk kesetiaan dan ketaatan kepada Bapa-Nya. Ini pula sebagai pelajaran bagi para murid-Nya bahwa semua itu tidaklah baik. Dan apa yang tidak baik bagi manusia, baik bagi Allah. Maka karena kesetiaan total kepada Bapa-Nya, Ia dibangkitkan dari kematian.
Kita tahu pengkhiatan tidak baik, tidak ada untungnya, hanya membuat orang lain cedera bahkan keluarga kita bisa menjadi korban, anak-anak apalagi. Nama baik sudah pasti tercoreng, hidup sosial juga hancur. Maka dalam kebersamaan ini mari kita bangun persaudaraan untuk mewujudkan kasih yang sempurna sebagaimana yang ditelandakan oleh Yesus. Semoga wafat Yesus membuang niat-niat jahat dalam diri kita dan bangkit melihat kebenaran sejati dalam diri Yesus Kristus. Semoga. Selamat merenung.
Kontributor: Anton Ranteallo
Editor: RD. Fernandus Paulus Niky Towari