Bapak Yan Kedang adalah nama yang tidak asing dan sangat familiar di kalangan imam KAMS dan lingkungan Seminari serta Keuskupan Agung Makassar (KAMS). Mengapa tidak? Pak Yan Kedang adalah guru Seminari Menengah Santo Petrus Claver Makassar (SPC) yang sangat dikenal, disegani, dikagumi, dihormati, dan dicintai. Dikenal karena beliau mengabdikan hampir seluruh hidupnya di SPC. Disegani karena beliau sungguh berwibawa ketika mengajar dan memberikan pendampingan kepada para seminaris. Dikagumi karena beliau orang yang bersahaja, cerdas, dan berwawasan luas. Dihormati karena beliau adalah sosok yang bijaksana dan rendah hati serta sangat peduli pada pendidikan calon imam. Dicintai karena beliau sungguh melayani dan mengabdi SPC dengan tulus iklas dan penuh cinta.
Pak Yan Kedang, yang mempunyai nama baptis Joanes Kedang telah mengabdi di seminari selama 58 tahun. Sungguh pengabdian yang luar biasa. Jika hanya mengharapkan sisi materi dalam tugas mengajar dan menjadi staff di SPC, tentu ada banyak tawaran di tempat lain yang lebih menarik dan menjanjikan. Tetapi karena pengabdian, cinta, dan ketulusan serta dedikasi yang luar biasa dari Pak Yan Kedang, beliau mau dan sanggup mengabdikan hampir seluruh hidupnya di SPC. Beliau pertama kali menginjakkan kaki di SPC pada bulan Desember 1966 dan mulai mengajar pada bulan Januari 1967. Angkatan pertama yang beliau ajar pada waktu itu adalah angkatan dari Mgr. John Liku Ada’ dan Pastor Stef Salenda’.
Pada tanggal 13 Juni 2024, diadakan perayaan Ekaristi penutupan tahun ajaran 2023/2024 SPC. Perayaan Ekaristi dilaksanakan pada pukul 08.00 WITA. Perayaan Ekaristi tersebut juga dirangkaikan dengan perayaan syukur atas pelayanan dan pengabdian Pak Yan Kedang selama 58 tahun di SPC. Perayaan Ekaristi tersebut dipimpin oleh Mgr. Fransiskus Nipa (Uskup Agung Koajutor KAMS) dan para formator imam ikut berkonselebrasi (RD. Simon Refliandy, RD. Willem Tee Daia, RD. Herman Panggalo, RD. Johanes Rante Galla, RD. Petrus Ralf Rimba Palimbu, RD. Petrus Kanisius, dan RD. Hendrik Sumbung). Perayaan Ekaristi itu juga dihadiri oleh Vikep Makassar (RD. Alex Lethe), Vikep Sultra (RD. Piet Majina La Oji), Sekertaris KAMS (RD. I Made Markus Suma), Ketua Unio KAMS (RD. Albert Arina) dan beberapa pastor lainnya bersama dengan para guru dan keluarga Pak Yan Kedang.
Melalui sharing singkat, dalam perayaan Ekaristi, Pak Yan Kedang menceritakan singkat pengalamannya dengan santai dan disertai guyonan. Beliau mengatakan bahwa ia dapat menjalaninya semua karena yang di atas (Tuhan). Beliau mengutip lagu pembuka dalam perayaan Ekaristi tersebut: Panggilan Tuhan bagi umat-Nya diatas bumi ciptaan-Nya, Api cinta-Nya, nyala kasih-Nya, sumber semangat bagi kita (PS 682). Beliau ingin mengatakan bawah semua diatur dan ditentukan yang diatas. Beliau hanya menjalaninya. Maka kemana saja dan apa saja yang ditentukan yang di atas, akan beliau laksanakan. Beliau mengikuti panggilan-Nya. Sebelum mengajar di SPC, beliau diminta Mgr. N. M. Scheinders, CICM untuk mengajar di SMA Katolik Makale (1963). Setelah itu diminta untuk mengajar di SPC tahun 1967 sampai dengan tahun 2024. Beliau menjalani semuanya sesuai dengan kehendak Tuhan. Semua dimaknai beliau sebagai perjalanan iman. Ketika beliau ditanya oleh Mgr. Frans pada saat sharing dalam perayaan Ekaristi, tentang apa yang akan dilakukan setelah tidak lagi mengajar di SPC agar tidak mengalami sindrom tertentu, beliau menjawab dengan santai bahwa semua beliau kembalikan kepada yang di atas (Tuhan). Pada akhir sharing, Mgr. Frans mengajak semua untuk bertepuk tangan sebagai tanda apresiasi, penghormatan, dan terima kasih kepada Pak Yan Kedang.
Mgr. Frans dalam homilinya menekankan arti perjalanan dan pengalaman iman, yang telah ditunjukkan dan diteladankan oleh Pak Yan Kedang. Semua proses yang terjadi dan dialami dalam hidup dilihat sebagai pengalaman iman. Karena itu, pengalaman hidup adalah pengalaman yang mengantar kita pada perjumpaan dengan Dia yang memanggil kita dan pengalaman-pengalaman itu selalu menguatkan serta meneguhkan. Mgr. Frans melihat pengalaman Pak Yan Kedang sebagai pengalaman iman dalam perjalanan iman. Karena itu, dalam homilinya Mgr. Frans menyebut Pak Yan Kedang sebagai guru besar.
Setelah perayaan Ekaristi, kegiatan dilanjutkan dengan acara ramah tamah di Aula SPC. Dalam kegiatan ramah tamah tersebut, ada tiga guru SPC lainnya yang juga telah menyelesaikan masa pengabdiannya, yakni Pak Aloysius Nanggun, Ibu Adelyah Veronika Nurak dan RD. Alpius Tandirassing. Pak Aloy mengabdi selama 21 tahun, Ibu Adel mengabdi selama 3 tahun dan Pastor Alpius mengabdi selama 4 tahun. Dalam acara tersebut, seorang perwakilan guru SPC, yakni Pak Cornelis Tato (akrab disapa Pak Corta), menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pak Yan Kedang dan ketiga guru lain. Secara khusus, Pak Corta menyampaikan terima kasih kepada Pak Yan Kedang karena telah menjadi guru yang baik sekaligus juga menjadi rekan guru yang sangat diteladani. Pak Corta adalah murid Pak Yan Kedang, ketika ia seminaris dan kemudian menjadi rekan guru sejak tahun 1990. Rektor Seminari Menengah (Pastor Simon Refliandy), dalam sambutannya, juga menyampaikan limpah terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pak Yan Kedang atas pengadian dan pelayanan yang luar biasa selama 58 tahun di SPC.
Dalam sambutannya, Pak Yan Kedang mengucapkan terima kasih banyak kepada Keuskupan Agung KAMS yang telah memberikan kesempatan untuk mengambil bagian dalam karya pelayanan di KAMS. Di samping itu, beliau tetap memberikan harapan dan dukungan kepada SPC dan semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan calon imam. Mgr. Frans, dalam sambutannya, mewakili Uskup Agung KAMS dan juga sebagai pribadi, yang juga adalah mantan murid Pak Yan Kedang, menyampaikan terima kasih banyak kepada Pak Yan Kedang atas pelayanan dan pengabdian pada SPC dan KAMS selama 58 tahun. Mgr. Frans mengatakan bahwa bukan secara kebetulan pada akhir tahun ajaran 2023/2024 Pak Yan Kedang memutuskan untuk menyelesaikan masa pelayanan dan pengabdiannya di SPC, tetapi itu karena peristiwa iman. Pada tahun 2024 ini, Pak Yan Kedang telah mengabdi selama 58 tahun di SPC dan pada tahun ini pula, Pak Yan Kedang berusia 58 tahun.
Para Seminaris juga mengambil bagian dalam acara ramah tamah ini, sebagai ungkapan cinta dan terima kasih yang tak terhingga kepada Pak Yan Kedang. Mereka menampilkan puisi dan lagu-lagu serta teatrikal singkat untuk mengungkapkan isi hati mereka dan mengenang pengalaman perjumpaan dan kebersamaan dengan Pak Yan Kedang.
Sungguh perjalanan iman. Karena perjalanan iman, maka tentu selalu membawa kebaikan dan kegembiraan serta menjadi perjalanan yang selalu membawa berkat bagi orang lain dan diberkati Tuhan. Bukan hal yang biasa dan sederhana atas apa yang telah dilakukan oleh Pak Yan Kedang bagi SPC. Pelayanan dan pengabdian Pak Yan Kedang selama 58 tahun di SPC sungguh luar biasa. Tentu ada hal yang sangat lain di SPC dengan ketidakhadiran lagi Pak Yan Kedang mengajar di kelas-kelas dan juga dalam rapat-rapat staf pleno SPC. Tetapi, semangat dan teladan beliau selalu dikenang dan dilanjutkan oleh para mantan SPC, para seminaris, para guru SPC, dan para formator SPC.
Pada bagian akhir acara ramah tamah, KAMS memberikan penghargaan dan tanda kasih secara khusus kepad Pak Yan Kedang, yang diberikan oleh Mgr. Frans. Pihak SPC juga memberikan kenang-kenangan dan tanda kasih kepada Pak Yan Kedang, yang diberikan oleh Rektor SPC. Selain itu, ucapan terima kasih dan tanda kasih juga diberikan kepada Pak Aloysius Nanggun, Ibu Adeliyah Veronika Nurak dan Pastor Alpius Tandirassing atas jasa dan pengabdian kepada SPC.
kontributor RD. Hendrik SumbungEditor
RD. Gregory Gamara Liamata