Pembinaan Calon Imam Sebelum Ada Seminari Tinggi Anging Mammiri

Pada awalnya Keuskupan Agung Makassar tidak mempunyai rumah bina sendiri untuk tingkat seminari tinggi. Para lulusan seminari menengah yang selanjutnya dikenal dengan nama Seminari Petrus Claver (SPC) dititipkan pada Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng, Sulawesi Utara. Hal ini terjadi pada tahun 1950-an. Ada dua imam yang merupakan alumni Seminari Tinggi Pineleng, yaitu Willi Duma’ (†) yang ditahbiskan pada 27 Juli 1961 dan Isidorus Rumpu Kaniu (†) yang ditahbiskan pada 13 Agustus 1967.
Namun semenjak tahun 1961, SPC tidak lagi mengirimkan alumninya ke Seminari Tinggi Hati Kudus Pineleng, Minahasa, tetapi ke Seminari Tinggi Yogyakarta. Ada dua alasan mendasar pemilihan Yogyakarta sebagai tempat pendidikan calon imam dari Keuskupan Agung Makassar. Pertama, pemberontakan PRRI/Permesta mengakibatkan jalur transportasi darat Makassar – Manado terputus, sedangakan jalur transportasi laut ke Manado tidak lancar. Kedua, pemilihan Yogyakarta sebagai tempat pendidikan calon-calon imam KAMS dimaksudkan agar para calon imam KAMS memiliki wawasan yang lebih luas (skala nasional). Orientasi Yogyakarta didukung oleh keyakinan bahwa “Jawa hari ini, luar Jawa esok”, artinya perkembangan yang akan terjadi di luar Jawa selalu merujuk pada perkembangan yang ada di Jawa.

Sejak tahun 1961, calon-calon imam KAMS yang melanjutkan proses formasi di Yogyakarta tinggal di Seminari Tinggi St. Paulus yang masih berada di alamat lama Jln. Code. Salah seorang angkatan awal yang menjadi buah pertama kelompok itu adalah Pastor Maris Marannu (†). Pada Januari tahun 1968 secara resmi Seminari Tinggi St. Paulus pindah ke Kentungan. Dengan kepindahan itu, para frater dari Makassar, di antaranya Alex Paat (†), Matheus Bakolu (†), dan Piet Timang juga ikut berkemas pindah ke Kentungan.

Sejarah Seminari Tinggi Anging Mammiri
Sejak pertengahan tahun 1970-an muncul berbagai pertimbangan untuk mendirikan rumah formasi sendiri untuk para calon imam Keuskupan Agung Makassar. Pertimbangan itu didasari oleh beberapa alasan. Pertama, daya tampung 3 (tiga) unit pada Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan tidak mampu mengakomodasi para calon imam yang datang dari pelbagai penjuru Indonesia. Dalam kondisi seperti ini, muncul berbagai kesulitan dalam membimbing calon imam yang demikian banyak dan berasal dari beraneka ragam latar belakang. Maka pemimpin Seminari Tinggi St. Paulus, didukung oleh Keuskupan Agung Semarang menganjurkan supaya keuskupan-keuskupan yang calon imamnya menumpang di Seminari Tinggi St. Paulus mulai memikirkan tempat tinggal, “domus formationis”, rumah bina mereka sendiri. Kedua, pendewasaan kampus Institut Filsafat Teologi (kini Fakultas Teologi Wedabhakti) yang masih tergabung dengan Seminari Tinggi St. Paulus. Hal ini perlu agar Institut Filsafat Teologi berkembanga menuju perumusan fungsi dan misi yang khas dan mandiri untuk menjawab tuntutan gelar akademik bagi ketenagaan inti gerejawi yang terbuka bukan hanya untuk calon imam bagi kepentingan hirarki. Ketiga, pendewasaan konvik-konvik atas prinsip berbagi kredibilitas dan tanggung jawab pendampingan dan bimbingan terhadap para calon imam untuk masing-masing tarekat, kongregasi, dan keuskupan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Mgr. Dr. Th. Lumanauw membeli ujung Selatan tanah Skolastikat milik MSF di Jalan Kaliurang Km. 7,4, Banteng, Kecamatan Ngaglik, Sleman. Pada tahun 1977 dimulailah pembangunan Seminari Tinggi calon imam KAMS di lokasi tersebut. Selama proses pembangunan dari awal hingga akhir, Mgr. Dr. Th. Lumanauw sangat terbantu oleh kerelaan Fr. Hilarius Manguntu (†) - yang pada waktu itu sedang menyelesaikan tugas akhir kuliahnya di Institut Filsafat Teologi (IFT) Kentungan - untuk mengawasi proyek pembangunan. Alhasil, pada awal tahun 1978 sebagian kompleks dapat diselesaikan dan siap dihuni. Oleh karena itu, sebagian calon imam KAMS pindah dari Seminari Tinggi St. Paulus di Kentungan ke Seminari Tinggi di Banteng.

Pada Hari Raya Pentakosta 14 Mei 1978, Seminari Tinggi ini dinyatakan resmi berdiri sebagai rumah bina calon imam KAMS dan diberi nama Seminarium Anging Mammiri (pesta pelindung dan ulang tahun Seminarium Anging Mammiri dirayakan setiap Hari Raya Pentakosta). Setahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1979, pembangunan gedung Seminarium Anging Mammiri tuntas sehingga semua calon imam Keuskupan Agung Makassar berpindah dari Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan ke Seminarium Anging Mammiri.

Kejelasan status hak kepemilikan tanah baru terjadi pada tahun 2003 yang ditandai dengan terbitnya sertifikat pada tanggal 20 November 2003. Proses balik nama dari Yayasan Brayat Minulyo (kongregasi MSF) ke Pengurus Gereja Papa Miskin (PGPM) KAMS dan sertifikasi tanah dapat diselesaikan berkat bantuan Notaris Dwi Hartaningsih, S.H. yang memiliki keprihatinan pada hak-hak tanah untuk kepentingan Gereja. Pada tahun 2017 akta pendirian Seminarium Anging Mammiri diurus dan berhasil diterbitkan pada tanggal 18 Desember 2017 nomor akta 05. Dengan terbitnya akta pendirian itu, Seminarium Anging Mammiri menjadi lembaga berbadan hukum dengan nama Seminari Tinggi Anging Mammiri (STAM).

Visi:
Rumah Formasi Calon-Calon Imam KAMS yang Bersosok Altri Christi di Bawah Naungan Roh Kudus

Misi:
Rumah Formasi Calon-Calon Imam KAMS yang Bersosok Altri Christi di Bawah Naungan Roh Kudus

1. Mendidik dan membina setiap calon imam KAMS agar memiliki keprihatinan dewasa dan afeksi yang seimbang berdasarkan pemahaman memadai tentang seksualitas dan hidup selibat.
2. Mendidik dan membina setiap calon imam KAMS agar beriman mendalam, tekun berdoa, menjadi pemimpin rohani, dan pelayan iman yang kompeten dan berkomitmen.
3. Mendidik dan membina setiap calon imam KAMS agar memiliki akal sehat, mampu berpikir logis, sistematis, kritis dan kontekstual yang menghargai budaya setempat dan kearifan lokal, serta mau belajar terus-menerus disertai refleksi yang dalam.
4. Mendidik dan membina setiap calon imam KAMS agar memiliki kepekaan, kecakapan berkomunikasi dengan semua golongan umat dan masyarakat, kemampuan bekerja secara individual, bekerja sama dan bekerja bersama dalam tim.
5. Mendidik dan membina setiap calon imam KAMS agar memiliki keterampilan dan kemampuan manajemen pastoral yang mumpuni, kreatif, dan inovatif sesuai kebutuhan dasar faktual umat dan masyarakat.
6. Mendidik dan membina setiap calon imam KAMS agar memiliki loyalitas, ketaatan, dan kesetiaan kepada pemimpin dan panggilan tugas perutusan.

Visi dan misi itu diimplementasikan dalam enam bidang pembinaan yaitu: Kepribadian, Kerohanian, Komunitas, Intelektualitas, Pastoral, dan Loyalitas.