Pada tanggal 3-5 April 2025, Paroki St. Giovanni Bosco Suppiran melaksanakan kegiatan School of Missionary Animators (SOMA) 2025. Kegiatan ini difasilitasi oleh Tim Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Agung Makassar (KKI KAMS) dengan tujuan memperkuat spiritualitas misioner, meningkatkan keterampilan pendampingan, serta menanamkan semangat pelayanan dalam kasih. Para peserta, yang berasal dari berbagai stasi dan pusat paroki, mengikuti rangkaian kegiatan dengan penuh antusias dan kesungguhan.
Sejak siang, peserta mulai berdatangan, disambut penuh hangat oleh Kak Yohana dan Kak Lily yang mengajak mereka menyatu dalam semangat kebersamaan melalui gerak dan lagu. Saat matahari mulai condong, pukul 16.00 WITA, Misa pembukaan digelar, dipimpin oleh RD. Ferdinandus Paulus Niki Towary, Direktur Diosesan KKI KAMS, didampingi oleh Pastor Paroki, RD. Asdiono Ada’ , serta RD. Andriadi Sailo. Dalam homilinya, Pastor Nando mengingatkan bahwa melayani anak-anak berarti melayani Yesus sendiri.
Setelah Misa, peserta berkumpul di aula paroki, di mana Pastor Asdiono dan Pastor Nando memberikan sambutan. Pastor Asdiono menekankan bahwa SOMA adalah kesempatan berharga untuk memperdalam panggilan sebagai pendamping, sementara Pastor Nando menjelaskan bahwa SOMA bukan sekadar pelatihan teknis, melainkan juga sarana berbagi pengalaman dan memperkuat spiritualitas misioner.
Dalam sesi materi pertama, Pastor Nando menjelaskan tentang empat serikat dalam KKI yang menjadi pilar utama dalam mendukung misi evangelisasi Gereja. Keempat serikat tersebut adalah Serikat Kepausan untuk Pengembangan Iman, Serikat Kepausan St. Petrus Rasul untuk Pengembangan Panggilan, Serikat Kepausan Anak/Remaja Misioner, dan Serikat Kepausan Persekutuan Misioner untuk Imam, Religius dan Awam .
Lebih lanjut, Pastor Nando memberikan perhatian khusus pada Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner (SEKAMI), yang menjadi wadah bagi anak-anak dan remaja untuk belajar menjadi misionaris sejak dini. Ia menjelaskan bahwa pendampingan Sekami bukan sekadar mengajarkan anak-anak untuk berdoa dan bernyanyi, tetapi lebih dari itu, membentuk mereka dalam keutamaan doa, derma, kurban, dan kesaksian. Ia menegaskan bahwa peran pendamping sangat krusial dalam membangun karakter anak-anak misioner, bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai teladan dalam hidup menggereja.
Malam harinya, Kak Lily memandu sesi kedua, membahas alur dan metode pendampingan Sekami dengan penuh interaksi. Sesi materi kedua ini diawali dengan sharing hasil refleksi dari dua orang peserta yang menggambarkan pengalaman dan pemahaman mereka setelah mengikuti materi pertama. Setelah itu, Kak Lily membawakan materi yang sangat penting dan aplikatif mengenai alur dan bahan pendampingan dalam Sekami. Ia memaparkan dengan jelas bagaimana tahapan pendampingan, mulai dari pembuka, pendalaman, perayaan iman hingga penutup kegiatan. Ia juga memperkenalkan beragam sumber bahan pendampingan yang dapat digunakan oleh para pendamping .
Sesi ini menjadi semakin menarik ketika Kak Lily membagikan berbagai kreasi pendampingan seperti cara bercerita Kitab Suci yang menarik, gerak dan lagu yang membangun semangat, aktivitas kreatif yang membentuk karakter, hingga kreasi perutusan yang mengajak anak-anak terlibat dalam karya nyata sebagai pewarta kabar gembira. Ia menegaskan bahwa para pendamping Sekami adalah pewarta Injil bagi anak-anak, bahkan lebih dari itu, pendampinglah kabar gembira itu sendiri, melalui sikap, tutur kata, dan cara hidup yang mereka tunjukkan dalam keseharian. Hari pertama ditutup dengan demonstrasi metode bercerita dan doa bersama, membawa semangat baru bagi para pendamping misioner di hari-hari berikutnya.
Hari kedua kegiatan SOMA 2025 di Paroki Suppiran dibuka dengan penuh semangat melalui lantunan theme song SOMA yang dinyanyikan bersama oleh seluruh peserta. Lagu ini kembali membakar semangat misioner para peserta, sekaligus menjadi pengingat akan panggilan mereka sebagai pewarta kabar gembira bagi anak-anak dan remaja, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga melalui hidup yang bersinar dalam kasih Kristus.
Memasuki sesi materi ketiga, Pastor Nando membawakan tema yang mendalam dan menantang: “Spiritualitas Animator-Animatris Sekami: Modus atau Kristus?” Dalam penyampaiannya, Pastor Nando menegaskan bahwa spiritualitas seorang pendamping Sekami harus berakar kuat pada Kristus sebagai pusat pelayanan, bukan pada diri sendiri. Ia mengingatkan bahwa yang diperkenalkan dalam setiap pendampingan bukanlah pribadi sang pendamping, tetapi Yesus sendiri. Spiritualitas seperti ini menjadi dasar yang kokoh untuk melayani dengan hati yang murni dan penuh sukacita, terlebih saat menghadapi dinamika, tantangan, dan kejenuhan dalam karya pendampingan.
Lebih lanjut, Pastor Nando mengajak peserta untuk merefleksikan pertanyaan mendasar: “Apa yang kamu cari?”, sebagai cara untuk terus memurnikan motivasi batin dalam pelayanan. Ia juga menyinggung bahwa spiritualitas ini akan diuji melalui berbagai godaan, seperti keinginan untuk mencari pujian, pengakuan, atau bahkan keuntungan pribadi. Namun, hanya dengan terus berfokus pada Kristus, para pendamping akan mampu bertahan dalam panggilan ini dengan hati yang tetap sederhana, bersukacita, dan setia menyampaikan wajah kasih Allah kepada anak-anak.
Setelah sesi ketiga yang membahas spiritualitas pendamping Sekami, para peserta SOMA 2025 menikmati waktu istirahat singkat dengan seduhan kopi dan teh hangat serta snack ringan. Suasana akrab dan hangat mewarnai perbincangan santai antar peserta, yang saling berbagi pengalaman dan refleksi. Istirahat ini menjadi momen penyegar sebelum sesi berikutnya yang tak kalah menarik.
Memasuki sesi keempat, Kak Yohana dan Kak Mercy membawakan materi tentang kreativitas dalam pendampingan Sekami. Mereka tidak hanya menyampaikan teori, tetapi juga langsung mengajak peserta mencoba berbagai aktivitas seperti gerak dan lagu, hasta karya, kuis, dan permainan. Kegiatan ini disambut antusias dan penuh semangat. Suasana ruangan dipenuhi keceriaan, memperlihatkan bahwa metode kreatif sangat efektif dalam menjangkau anak-anak.
Setelah sesi materi keempat dan makan siang yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk beristirahat, kegiatan SOMA 2025 berlanjut dengan sesi seni berbicara di depan umum (public speaking) yang dibawakan oleh Kak Elis. Sebagai pendamping Sekami, kemampuan berbicara yang komunikatif sangat penting agar pewartaan iman dapat tersampaikan secara efektif dan efisien. Dalam sesi ini, Kak Elis menekankan bahwa public speaking bukan hanya soal berbicara di depan banyak orang, tetapi juga tentang bagaimana menyampaikan pesan dengan jelas, menggerakkan hati, dan mempengaruhi audiens. Kak Elis membagikan pengalamannya dalam belajar berbicara di depan umum, termasuk tantangan dan proses yang ia lalui hingga menjadi lebih percaya diri.
Pada malam hari setelah makan malam, kegiatan SOMA 2025 dilanjutkan dengan sesi yang dibawakan oleh Kak Lily mengenai cara berdoa secara Katolik, yang melengkapi pembahasan sebelumnya. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk memahami bahwa doa dalam tradisi Katolik memiliki susunan yang terdiri dari menyapa Allah, memuji kebaikan-Nya, inti doa, dan penutup. Untuk memperdalam pemahaman, peserta dibagi menjadi empat kelompok dan diberikan tugas untuk menyusun doa dengan tema yang berbeda. Kelompok pertama menyusun doa untuk Uskup, kelompok kedua berdoa bagi Paroki dan Pastor Paroki, kelompok ketiga menyusun doa untuk orang tua, dan kelompok keempat membuat doa bagi Sekami.
Setelah sesi penyusunan doa, kegiatan dilanjutkan dengan praktik simulasi pendampingan sebagai penerapan dari materi yang telah dipelajari. Dalam simulasi ini, setiap kelompok membagi peran kepada anggotanya sesuai dengan tugas dalam pendampingan Sekami. Ada yang bertugas sebagai pemandu alur pendampingan, yang mengarahkan jalannya sesi, sementara yang lain memimpin gerak dan lagu untuk membangun semangat anak-anak. Selain itu, ada juga peserta yang berperan dalam memimpin doa, menyampaikan Firman Tuhan beserta penjelasan reflektifnya, serta mengelola kegiatan kreativitas seperti permainan atau hasta karya. Simulasi ini menjadi pengalaman berharga bagi para peserta untuk menerapkan ilmu yang telah mereka dapatkan, sekaligus mengasah keterampilan dalam membimbing anak-anak Sekami dengan lebih baik.
Pada hari ketiga yang sekaligus menjadi hari terakhir kegiatan SOMA 2025, para peserta mengikuti Perayaan Ekaristi Perutusan sebagai puncak dari seluruh rangkaian kegiatan. Dalam suasana yang khidmat dan penuh sukacita, para animator dan animatris Sekami membacakan komitmen misioner mereka, menegaskan kembali tekad untuk melayani anak-anak dan remaja dengan semangat Kristus. Usai pembacaan komitmen, mereka menerima berkat perutusan dan sertifikat sebagai tanda telah menyelesaikan seluruh proses pembinaan dalam SOMA. Setelah Ekaristi, kegiatan dilanjutkan dengan sesi sharing misioner, di mana para fasilitator dan peserta saling berbagi cerita, pengalaman, serta pergumulan mereka dalam pelayanan Sekami. Suasana keakraban dan saling mendukung terasa kuat, menciptakan ruang yang memperkaya dan menguatkan semangat misioner satu sama lain. Dengan demikian, rangkaian School of Missionary Animators (SOMA) 2025 resmi ditutup, meninggalkan semangat baru yang menyala dalam hati setiap peserta untuk terus menjadi pewarta Kabar Gembira bagi anak dan remaja.