PERJUMPAAN YANG MENEGUHKAN PANGGILAN

Rabu, 21 Februari, Vikep Sulawesi Barat, P. Oc. Samson Bureny, Pr menjumpai para Seminaris, calon imam  yang berasal dari Kevikepan Sulawesi Barat di aula Pertemuan Seminari St. Petrus Claver (SPC) Jl. Gagak No. 19 Makassar. Saat ini (tahun ajaran 2023 – 2024) Seminaris calon imam Kevikepan Sulbar  yang ada di SPC berjumlah 31 orang, mulai  dari kelas 10 hingga kelas  Retorika (Kelas X berjumlah 13  orang, kelas XI ada 7 orang, kelas XII berjumlah 15 orang, dan kelas Retorika ada 6  orang). Dalam pertemuan tersebut, Vikep ditemani oleh Fr. Even, CMF serta Pak Anton dan Pak Arman (yang mana keduanya juga alumni siswa SPC).

Pertemuan dipandu  oleh P. Sam diawali dengan doa pembuka oleh Dion (siswa kelas 12 asal Paroki St. Yoseph – Polman). Lucu namun asli, Sdr. Dion dalam berbagi sharing ia berkisah. “Saya bukanlah siswa yang pandai, maka sejak kelas 10 batin saya ‘diganggu’ “karena saya bukanlah anak yang cerdas maka saya akan dikeluarkan dari SPC dan saya menanti dan menanti saat  itu tiba untuk mana saya dikeluarkan”, begitu kata Dion. Namun aneh, Dion melanjutkan sampai saat ini kepastian untuk dikeluarkan tidak juga datang-datang. Dan saya bertekad, jika Tuhan memanggilku, akan terus aku maju untuk berjuang menjadi imam biarawan. Dion mengakhiri sharingnya dan mendapat aplaus dari seminaris Sulbar yang hadir.

Perjumpaan para Seminaris Sulbar di SPC dengan Bapa Vikep berjalan cair. Perkenalan berjalan dalam dialog interaktif. Para seminaris bersharing pengalaman dan Pastor  Vikep juga membagi pengalaman indahnya saat sebagai siswa maupun saat beliau menjadi prefek kedisiplinan/studi dan selanjutnya sebagai Rektor SPC, yang diselingi pula pengalaman beliau berkarya di paroki. Beliau

mengatakan bahwa jalani panggilan ini dengan semangat dan penuh perjuangan. Tantangan dan hambatan pasti ada tapi bila dijalani dengan serius akan berhasil. Jadi kita harus meng-upgrade diri terus-menerus dengan berbagai pengalaman hidup berkomunitas dalam studi, kerja dan doa guna membuka wawasan hidup untuk menyerap ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya.

Pak Arman yang juga pernah menjalani pendidikan KPA  di SPC dan selanjutnya masuk tarekat  CICM menceritakan mengenai pengalam menjadi seminaris. Beliau mengatakan bahwa panggilan itu misteri maka jalani saja dengan baik dan penuh semangat. Hal senada juga disampaikan oleh Pak Anton Ranteallo (saat ini seorang putranya tercatat di kelas 10) yang juga menyelesaikan pendidikan di SPC dan Seminari Tinggi. Beliau mengatakan bahwa pintar atau tidak itu tidak menjadi soal utama melainkan bagaimana kita meningkatan diri terus-menerus.

Fr. Evan, CMF, yang tidak lama lagi akan menerima tahbisan imamat, menekankan akan kebebasan sebagai seorang seminaris. Seminaris yang ditempah dalam wadah asrama dengan para formator menemukan kebebasan diri melalui berbagai kegiatan. Kita diajar untuk bebas menentukan diri sendiri meski dibatasi oleh kebasan orang lain. Beliau juga menceritakan sekilas mengenai pendidikan yang ada di komunitas CMF, mana kala ada seminaris yang berminat bergabung setelah tamat seminari.

Setelah sharing dari Vikep, kedua bapak, dan Fr. Evan, Vikep juga mempersilahkan para seminaris dari semua tingkat untuk ber-sharing pengalaman. Sharing dimulai dari tingkat retorika kelas, 3, 2, dan 1. Mereka mencoba untuk men-sharing-kan pengalaman hidup di seminari. Inti dari sharing mereka bahwa hidup di seminari penuh dengan suka dan duka. Dengan pertemanan dan persaudaraan satu sama lain, relasi itu menguatkan panggilan dalam hidup bersama. Rasa bosan bahkan ingin pulang bisa terobati lewat motivasi dari rekan-rekan baik senior, medior, maupun junior. Sembari bercerita, seminaris meneguk susu botol dan mengunyah kacang yang dibawa Vikep untuk menghangatkan suasana pertemuan malam itu. Pertemuan singkat ini ditutup dengan foto bersama. Selamat menjalani panggilan hidup di “jantung keuskupan”. Berkah Dalem.

 

Oleh:

Anton Ranteallo

(Penyuluh Kemenag Provinsi Sulbar)