Trending
HUT SEMINARI TINGGI ANGING MAMMIRI KE-47 “HOME SWEET HOME” PERAYAAN DEDIKASI GEREJA SANTO YOSEP WALE-ALE PEMBUKAAN LOKASI ZIARAH YUBILEUM KAMS DI GEREJA ST. YOHANES RASUL LOLIBU PERTEMUAN III FRATER TOP DI PAROKI KOLAKA SEDE VACANTE & KONKLAF SOMA 2025 PAROKI SANTO GIOVANI BOSCO SUPPIRAN FORMASI MISIONER PENDAMPING SEKAMI SANTO PETRUS MAMASA TEMU MISIONER KARYA KEPAUSAN INDONESIA KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR REKOLEKSI PENDAMPING SEKAMI KEVIKEPAN MAKASSAR BERJALAN BERSAMA: MELAYANI BERGERAK BERSAMA FORMASI MISIONER KKI-KAMS DI SEMINARI TINGGI ANGING MAMMIRI YOGYAKARTA PERAYAAN SYUKUR 50 TAHUN BAPTISAN PERTAMA PAROKI MARIA IMMACULATA SOROWAKO MINISTER REGIO OFS ST ANTONIUS PADUA BERAUDIENSI KEPADA USKUP AGUNG KAMS PERTEMUAN PERDANA PARA USKUP DAN KURIA REGIO MAKASSAR-AMBOINA-MANADO TAHUN BARU, IMAM BARU: TAHBISAN IMAMAT DI KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR PERTEMUAN KURIA DAN KETUA UNIO BERSAMA PARA DIAKON DAN ORANG TUA/WALI REKOLEKSI PPA: BERTUMBUH DALAM IMAN, MELAYANI DENGAN HATI SEMANGAT HOMS KE-39: OMK ANDUONOHU SIAP MELANGKAH TANPA LELAH RAPAT DEWAN IMAM KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR SYUKUR ULANG TAHUN KETIGA JAKAT ST. SERAPION DAN PELANTIKAN PENGURUS BARU REKOLEKSI OMK ANDUONOHU: MILITAN DALAM IMAN, PEDULI SESAMA RAPAT KEVIKEPAN MAKASSAR “KKI KAMS BERMISI: PERGI DAN UNDANGLAH SEMUA ORANG KE PERJAMUAN ITU” MISA PUNCAK DI BUKIT ZIARAH MARIA BUNDA SEGALA BANGSA – PENA’ ZIARAH FRATER SEMINARI TINGGI ANGING MAMMIRI (STAM) KE GUA MARIA SENDANG SRININGSIH, YOGYAKARTA RAPAT PLENO DEWAN KARYA PASTORAL (DKP) KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR

PAROKI KRISTUS RAJA ANDALAS

Jadwal Misa

Misa Harian
Senin - Kamis
06.00 WITA
Jumat
18.00 WITA
Misa Mingguan
Sabtu
18.00 WITA
Minggu
07.00 WITA
09.00 WITA
17.00 WITA

SEJARAH PAROKI KRISTUS RAJA ANDALAS

Menelusuri jejak langkah perkembangan Paroki Kristus Raja mestilah ditelusuri asal usulnya dari maksud awal pembentukannya. Kehadiran Paroki ini berawal dari keputusan Mgr. Gerard Martens, CICM yang pada tanggal 23 Oktober 1937 dilantik menjadi Prefek Apostolik Makassar, tanggal 29 Oktober 1939 untuk mendirikan paroki khusus (paroki kategorial-titular) guna melayani umat yang berlatar belakang bahasa dan budaya Tionghoa dimanapun mereka berada di Kota Makassar. Tugas itu dipercayakan kepada RP Jan van den Eerenbempt (=RP Jahya Arifin CICM = Wen Lung Hua Shenfu), yang tiba di Makassar pada tanggal 2 Juni 1937 bersama RP Charles Dekkers CICM dari tugas perutusan sebagai misionaris di Tiongkok Utara dan Mongolia Dalam selama 4 tahun; dan saat penugasan itu sedang bertugas di Raha, Sulawesi Tenggara.

Tentang Nama Paroki Kristus Raja

Nama Kristus Raja dipilih sebagai pelindung paroki khusus (titular-kategorial) ini karena tanggal berdirinya yaitu 29 Oktober 1937 adalah bertepatan dengan pesta Tuhan Kita Yesus Kristus (terj. Latin =Domine Nostri Iesu Christi Regis). Pesta ini diresmikan pertama kali oleh Paus Pius IX pada tanggal 11 Desember 1925 melalui ensikliknya “Quas Primas”. Enskilik ini adalah tanggapan resmi gereja pada saat itu atas berkembangnya soal sekularisme dan nasionalisme dalam masyarakat.

Adapun pesta dirayakan pada hari minggu terakhir dalam bulan Oktober setiap tahun, dan tepat seminggu sebelum gereja katolik merayakan pesta semua orang kudus. Pada tanggal 14 Februari 1969 melalu motu proprio “Mysterii Pascalis” Paus Paulus VI mengubah nama pestanya menjad pesta Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam (terj. Latin = Domine Nostri Iesu Christi Universorum Regis), dan memindahkan tanggal perayaannya dari hari minggu terakhir bulan Oktober menjadi hari minggu terakhir penanggalan liturgi gereja, sebagai penutup tahun liturgi gereja, sebelum gereja memulai tahun liturginya yang baru pada hari minggu I masa Adven.

Paroki kategorial-tituler: Berawal dari Jalan Pakareppe’ 115 (sekarang Jalan Lembeh) 1939 – 1941

Paroki Kristus Raja dimulai oleh Pastor Jahya Arifin, CICM yang memulai karya misi dikalangan sejumlah umat Katolik berbahasa dan budaya Tionghoa Makassar, dari sebuah rumah sewaan berlantai dua, di daerah Kampung Cina (Pecinan); yang juga dikenal sebagai ‘Kampoeng Kecap’; di Jalan Pakareppe’ 115 (sekarang Jl. Lembeh). Lantai atas rumah itu yang cukup luas dijadikan gereja, sedang bawahnya dijadikan ruang tamu dan kamar tidur. Ruang kerja pastor berada dibawah tangga menuju ke ruang gereja di lantai dua. Pastor Jahya Arifin ditemani oleh RP Arnold Vervoort CICM. Umat awal paroki yang baru itu berjumlah 165 dan berasal dari kalangan Tionghoa yang berbahasa Tionghoa, Melayu, Makassar, maupun Belanda. Didepan rumah sewaan yang juga berfungsi sebagai gereja dan pastoran sementara terpasang papan besar bertuliskan ‘Thien Cu Thang´= Gereja Katolik.

Kawasan Kampung Kecap, yang saat ini wilayahnya meliputi daerah Jalan Lembeh, Sangir, Timor, dan Ternate, adalah kawasan yang sangat terkenal pada waktu itu karena menjadi pusat industry kecap dengan mereka yang sangat dikenal yaitu kecap cap Lonceng dan cap ‘Thu Goan’. Di wilayah inilah Paroki Kristus Raja memulai aktifitasnya.

Ada beberapa tokoh umat yang membantu tugas-tugas pastoral Pastor Arifin di paroki yang baru itu, diantarannya : The Hoek Leng (Staf Konsulat Kedutaan Republik Rakyat Tiongkok di Makassar), Koa Tjiu Seng (opa dari alm RD Robertus Rudy Kwary), Lie Hway Tjo, dan Nio Kek Djiang.

Berpindahan ke Jalan Belanda No 18 (sekarang Jl. Serui No. 33, Sentrum Pastoral Kevikepan Makassar) 1941 – Mei 1946

Selanjutnya pada awal tahun 1941 berhasil dibeli sebuah rumah di Jalan Belanda No 18 (sekarang Jl. Serui No 33 dan menjadi Sentrum Pastoral Kevikepan Makassar) yang setelah dipugar kemudian dijadikan gereja yang diresmikan dan mulai digunakan pada bulan Maret 1941. Keadaan ini tidak berlangsung lama karena pada tanggal 8 Desember 1941, diawali dengan penyerangan Armada Angkatan Laut Jepang terhadap Pangkalan Militer Amerika Serikat di Pearl Harbour Hawaai, dimulailah Perang Dunia ke 2 dan masa pendudukan Jepang diseluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan juga Makassar.

Masa pendudukan Jepang 10 Pebruari 1942 – September 1945

Saat tentara Jepang mendarat di Barombong dan menduduku kota Makassar maka dimulailah kesulitan dalam masyarakat termasuk juga gereja. Beberap pastor seperti Yahya Arifin, CICM, RP Nicolaus Schneiders CICM (kemudian Mgr. Nicolaus CICM Uskup Agung Makassar), dan banyak lagi termasuk juga akhirnya Mgr Gerard Martens, Vikaris Apostolik Makassar masuk kamp tahanan. Selain itu juga banyak imam dan rohaniwan/rohaniwati berkebangsaan Eropa yang juga mengalami penangkapan dan dipenjara oleh pasukan Jepang.

Di masa sulit ini, umat awam Katolik berperan sangat penting tidak saja dalam menjaga harta benda paroki namun juga dalam pemeliharaan umat selama masa ketiadaan pastor.

Ibadat-ibadat hari Minggu di Gereja Katedral dipimpin oleh Bpk Paulus Carbonella dan penolong Nani Fernandez. Gereja paroki Kristus Raja yang terlentak dijalan Belanda untuk sementara ditutup dan dijadikan markas tentara Jepang. Namun demikian pemeliharaan iman umat Katolik (termasuk umat berlatar belakang budaya dan bahasa Tionghoa) tetap berjalan berkat keberanian seorang awam Ciciel Po, yang menghadap pejabat militer Jepang untuk meminta sebuah bangunan lain di Groote Straat (sekarang Jalan Sumba) untuk dijadikan rumah ibadah darurat. Altar, meja komuni, dan semua peralatan lain yang ada di gereja Jl Belanda kemudian dipindahkan ke rumah di Jalan Sumba itu. Ditempat itu kebaktian dipimpin oleh Bapak Marthias Oentoe seorang awam yang sangat rajin dan saleh, dan berlangsung sampai berakhirnya Perang Pasifik tahun 1945.

Membangun kembali Gereja Paroki Kristus Raja (Oktober 1945 – Desember 1949)

Setelah berakhirnya Perang Pasifik pada awal Agustus 1945 maka tidak lama sesudah itu; yakni pada bulan September 1945; dimulailah aktifitas-aktifitas gerejani di kota Makassar dan sekitarnya ditandai dengan kembalinya para pastor ke Makassar dari kamp tahanan. Pastor Arifin kembali menetap di Jl. Belanda dan kembali membuka gereja paroki Kristus Raja untuk umat kota Makassar yang berlatar belakang budaya dan bahasa Tionghoa. Selain itu karena beliau juga mendapatkan tugas untuk melayani umat Katolik yang bukan Tionghoa maka selain melayani umat gereja Jalan Belanda No 18, Pastor Arifin setiap hari Minggu juga merayakan perayaan ekaristi di Paroki Katedral dan Mamajang.

Pada bulan Mei 1946, setelah kedatangan RP Piet van der Krabben CICM, Pastor Yahya Arifin mendapatkan kesempatan untuk cuti. Hal ini mengakibatkan gereja di Jalan Belanda yang melayani umat berlatar budaya dan bahasa Tionghoa terpaksa ditutup untuk sementara waktu karena ketiadaan imam yang dapat berbahasa Tionghoa pada saat itu.

Masa vakum gereja paroki Kristus Raja Andalas, yang masih berstatus titular-kategorial berlangsung selama beberapa tahun sampai kedatangan RP Antoon Vhloebergs CICM di awal tahun 1950 bersama RP Jozef Heuben CICM. Pastor Vhloebergs, yang tiba di Makassar setelah menjalankan tugas misionaris di Keuskupan Jehol Tiongkok antara tahun 1928 sampai 1948, mendapat penugasan khusus (khas) untuk menjadi gembala umat paroki Kristus Raja yang melayani umat katolik berbudaya dan bahasa Tionghoa, serta bertempat tinggal di gereja paroki di Jalan Belanda No 18.

Bangkit dari kevakuman (Januari 1950 – Juli 1961)

Pada bulan Maret 1950 gereja Kristus Raja dibuka kembali namun gereja itu hanya dapat memuat 100 umat untuk sekali misa sehingga menjadi terasa sangat sempit. Tahun 1950 itu juga permandian mulai dicatat lagi di Gereja Paroki Kristus Raja setelah pembukaannya kembali. Pada tanggal 20 Mei 1951 Bruder Cyrillus Chang dari kongregasi Murid Murid Hati Yesus tiba di Makassar dan disusul oleh Br John Yang dan Br Angelus Chao sebulan kemudian. Mereka semua adalah bruder-bruder yang sebelumnya bekerja bersama Pastor Vhloeberghs di Keuskupan Jehol, Tiongkok. Dengan kehadiran mereka maka Gereja dan pastoran di Jalan Belanda semakin ramai dan hidup. Sejak saat itu setiap hari Minggu ada 2 (dua) kali misa, yang pertama dalam bahasa Indonesia dan yang kedua dalam bahasa Tionghoa, dibawakan oleh Pastor Vhloeberghs.

Paroki Kristus Raja terus berkembang pesat dengan kedatangan para suster asal Perancis dari Kongregasi Auxiliatrices du Purgatoire (Suster Penolong di Api Pencucian) pada tanggal 30 Agustus 1954, akibatnya gedung paroki dan pastoran Kristus Raja terasa mulai sempit sehingga memerlukan renovasi dan perluasan. Pada tahun 1954, Pastor Jozef Heuben CICM berpindah tugas ke Makassar dari daerah pedalaman dan membantu P Vhloeberghs di paroki Kristus Raja, disamping tugas utamanya sebagai Ekonom di Seminari Menengah Santo Petrus Claver. Kedatangan Pastor Heuben membawa banyak pengaruh karena keaktifan karya kerasulannya. Dia mencoba untuk membentuk Chung Chi Ho Chi (Perkumpulan Orang Katolik Tionghoa) yang meskipun gagal terbentuk tetapi telah menjadi pintu masuk untuk berkembangannya karya-karya kerasulan awam di Paroki Kristus Raja. Pada tahun yang sama para bruder Nanyang telah pindah ke kompleks sekolah di Jalan Sungai Kelara. Gedung Paroki dan Pastoran di Jalan Belanda kemudian dibongkar dan direnovasi pada tahun 1956, namun hasilnya ternyata masih belum cukup memadai untuk menampung umat, akibatnya untuk perayaan-perayaan liturgy besar maka tiga ruang kelas digabungkan menjadi satu dan dijadikan ruang gereja agar umat yang ikut misa dapat tertampung seluruhnya.

Pindah ke Jalan Andalas 30 A

Periode 12 Oktober 1958 – 10 Desember 1967

Pada awal tahun 1957 Pastor Heuben berhasil membeli sebidang tanah di Jl Andalas No 30 A (sekarang ditempati oleh SD Frater Teratai II dan Pastoran Lama Paroki Kristus Raja) yang direncanakan untuk dibanguni sekolah dan gereja. Ketika bangunan-bangunan itu selesai pada bulan Juni 1958 maka Pastor Vhloeberghs segera pindah dari pastoran dan Paroki Jalan Belanda dan tinggal di Jalan Andalas 30 A. Gedung gereja paroki Kristus Raja yang baru dibangun itu diresmikan dan diberkati oleh Mgr N Schneiders pada tanggal 12 Oktober 1958.

Namun demikian pada tahun 1958 itu juga ada kebijakan pemerintah Republik Indonesia dimaksudkan untuk pembaharuan dan integrasi semua golongan masyarakat yang tinggal di Indonesia, yang mengubah sekolah-sekolah yang berlatar belakang bahasa dan budaya Tionghoa menjadi sekolah yang berbahasa Indonesia, demikian juga dengan pelayanan khusus (kategorial) untuk umat berlatar belakang bahasa dan budaya Tionghoa dikota Makassar yang selama ini dihentikan, dan pelayanan reksa pastoral untuk umat tersebut dikembalikan ke paroki dimana mereka berdomisili. Pastor Vhloeberghs kemudian lebih memuaskan perhatian pada pelayanan umat yang ada di wilayah paroki Kristus Raja saja. Meskipun begitu sampai beberapa tahun kedepan masih tetap dipertahankan penyelenggaraan Misa berbahasa Tionghoa untuk mereka di Paroki Kristus Raja. Selanjutnya, sampai tahun 1961 tugas pengembalaan umat dilakukan bersama antara Pastor Vhloberghs; yang menangani umat berlatar belakang budaya dan bahasa Tionghoa; dan Pastor Heuben menangangi umat yang tidak berlatar belakang budaya dan bahsa Tionghoa.

Meskipun kebijakan pemerintah sedikit membatasi pelayanan reksa pastoral umat berlatar belakang Tionghoa namun upaya-upaya untuk tetap mempertahankan reksa pastoral khusus itu tetap dilakukan, dan pada tanggal 4 Januari 1959 terbentuklah PPKT (Perkumpulan Pemuda Pemudi Katolik Tionghoa) yang sangat giat membantu Pastor Vloeberghs dan Pastor Heuben, sert RP Andriaan Dierckx CICM, yang datang kemudian membantu di Paroki Kristus Raja. Kelompok ini berkembang sangat pesat karena hanya dalam tempo singkat sudah memiliki anggota diatas 200 orang. Uskup Mgr N. Schneider selanjutnya memberikan respons yang sangat positif terhadap kelompok PPKT dengan mengangkat Pastor Vhlobergehs sebagai moderatornya dibantu oleh Pastor Dierckx sebagai salah satu penasahat. Ada banyak hal yang dilakukan oleh PPKT yang sangat mewarnai kehidupan parokial di Paroki Kristus Raja. Kegiatan-kegiatan itu antaranya: membantu perayaan ekaristi, baik yang berbahasa Tionghoa maupun Indonesia, pada setiap hari Minggu; melakukan kegiatan pendalaman iman dan pengembangan kepribadian; mengadakan kegiatan olahraga dan seni; erta menerbitkan stensilan ‘Kung Ching Tung Hsing’ yang kemudian berkembang menjadi Warta Paroki. kelompok ini tidak saja melahirkan banyak tokoh-tokoh awam yang kelak akan menjadi penggerak umat tetapi juga diantaran anggotanya ada yang kemudian menjadi imam dan religius seperti RP John Ja SJ dan Sr Agtha Liem. Sayang kelompok ini harus mengakhiri kiprahnya di Paroki Kristus Raja pada tanggal 3 Mei 1966.

Hal lain yang juga perlu dicatat adalah peran dan sumbangsing Pastor Heuben dalam pelayanan umat paroki Kristus Raja, terutama dalam pengembangan kelompok kategorial Legio Maria, cukup signifikan pada saat itu. Pastor Heuben memulai pembentukan Legio Maria di Makassar pada tanggal 17 Oktober 1954 di Pastoran Paroki Kristus Raja di Jalan Belanda No. 18. Awalnya presidium ini tidak mengadakan pertemuan rutin seperti yang dilakukan oleh kelompok Legio Maria umumnya. Pertemuan rutin tersebut baru dilakukan setelah pada tanggal 1 JUli 1961 beliau mendirikan Presidium Legio Maria yang baru di Paroki Kristus Raja; yang karena sekarang berlokasi di Jalan Andalas No 30 mulai mendapat sebutan Paroki Kristus Raja – Andalas, atau Paroki Andalas, sebagai nama yang disandangkan sampai saat ini; dengan anggota sebanyak 20 orang, terdiri dari 11 pria dan 9 wanita. Inilah Kuria yang pertama dibentuk di kota Makassar. Pastor Heuben juga sukses mendirikan tiga rukun doa pertama di Andalas yaitu Rukun I, II, dan III. Pastor Jozef Heuben CICM meninggal pada tanggal 7 April 1980 dan dimakamkan di pemakaman Paroki Santo Yosef Pekerja Polewali.

Pada tanggal 24 Agustus 1961, Mgr N Schneiders CICM meresmikan perubahan status Paroki Kristus Raja dari paroki titular-kategorial menjadi paroki teritorial sama seperti paroki lain yang berstatus territorial dan sudah ada pada saat itu (yaitu Paroki Hati Kudus Yesus Katedral, Paroki Santo Yoseph Pekerja Gotong-Gotong, Paroki Santo Yakobus – Mariso, dan Paroki Santa Perawan Maria Diangkat Kesurga – Mamajang). Catatan statistic pertanggal 1 Juli 1961 menunjukkan data umat Katolik Paroki Kristus Raja adalah 971 jiwa terdiri dari 797 orang Tionghoa dan 214 orang bukan Tionghoa.

Menyeberang ke Jalan Andalas 61 (10 Desember 1967 – Sekarang)

Periode 1967 – 1980

Sejarah keberadaan gedung paroki dan pastoran di Jalan Andalas No 30 A itu hanya berlangsung singkat saja karena pada tanggal 12 September 1961 atas inisiatif seorang perwira Angkatan Laut yang beragama Katolik makan dimulailah perencanaan pembangunan gedung paroki yang baru dan lebih permanen yang nantinya akan menjadi gedung paroki dan pastoral paroki Kristus Raja yang terletak di Jalan Andalas 61, tepat diseberang gedung paroki yang lama di Jalan Andalas No 30A.

Gedung paroki ini; yang mulai direncakan dan dibangun sejak tahun 1961; selesai serta diresmikan pada tanggal 10 Desember 1967. Gedung inilah yang kemudian menjadi gedung Paroki Kristus Raja Andalas tempat umat menjalankan aktifitas rohani dan juga berbagai kegiatan lainnya sampai saat diruntuhkan seluruhnya pada akhir tahun 2018 untuk selanjutnya dibangun gedung gereja baru yang lebih representative dan modern. Pastor Jan Gerrits CICM adalah pastor paroki pada saat gedung di Jalan Andalas No 61 ini diresmikan oleh Uskup Agung Makassar Mgr N Schneiders CICM.

Namun demikian sebuah kejadian buruk terjadi mendahului peresmian gedung gereja ini yaitu peristiwa pengrusakan yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1967 malam, tepat pada saat Pastor Jan Gerrits sedang merayakan perayaan ekaristi bersama umat di gereja baru Jl.Andalas 61, berakibat pada rusaknya gedung gereja baru yang akan diresmikan maupun gereja lama di Jalan Andalas 30 A. Peristiwa ini membekas cukup lama di hati umat paroki Kristus Raja. Tidak lama setelah peristiwa itu Pastor Jan Gerrits berpindah tugas ke Jakarta Barat membantu Pastor Clemens Scheurs CICM dan kemudian menggantikan beliau sebagai pastor paroki yang kedua. Setelah kepindahan Pastor Gerrits maka tugas pelayanan sehari-hari dipegang oleh Pastor Vhloebergs yang masih tinggal di paroki Kristus Raja dengan tugas membantu pelayanan umat berlatar belakang budaya dan bahasa Tionghoa sampai kedatangan pengganti Pastor Gerrits.

Selanjutnya periodisasi perkembangan paroki Kristus Raja (yang sejak saat kepindahan ke Jalan Andalas 61 lebih dikenal dengan nama Paroki Kristus Raja Andalas) akan ditinjau berdasarkan periodisasi menurut masa tugas para imam yang pastor parokinya.

Sejak tanggal 4 Agustus 1968, tanggungjawab pastor paroki diserahkan kepada RP Jerome Pattyn CICM. Dalam memoir yang ditulis untuk memperingari 50 tahun Paroki Kristus Raja Andalas, Pastor Pattyn menggarisbawahi beberapa hal menonjol yang dijumpainya ketika bertugas di paroki Kristus Raja-Andalas. Kesan pertama yang menonjol yang dilihat oleh Pastor Pattyn adalah paroki Kristus Raja Andalas itu sungguh-sungguh “paroki orang muda”, dimana majoritas umat paroki adalah remaja, muda-mudi, dan anak sekolah. Maka suasanan paroki yang hidup, ceriah, dan dinamis, serta penuh semangar adalah suasana keseharian dalam paroki Kristus Raja Andalas.

Dalam masa tugasnya Pastor Pattyn juga mengembangkan pelayanan pastoral umat dengan rajin melakukan visitasi atau kunjungan umat, meskipun hal ini pada permulaan tidak terlalu direspons baik oleh umat tetapi seiring perjalanan waktu maka umat semakin terbiasa dan suka dnegan model ini sehingga Pastor Pattyn semakin dicintai umat dan semakin dekat dengan umat.

Periode 1980 – 1989

Periode ini adalah periode yang didominasi oleh pertumbuhan dan perkembangan umat paroki Kristus Raja yang pesat. Pada tanggal 04 Agustus 1980, Pastor Pattyn menyerahkan tanggungjawab paroki kepada RP Michel Mingneau, CICM sebagai pejabat pastor paroki sampai kedatangan pastor paroki Kristus Raja yang definitive yaitu Pastor Alex Paat, Pr. Pada saat Pastor Alex Paat menjadi pastor paroki maka kelihatan sekali organisasi paroki dan karya-karya pastoral yang sangat diperhatikan dan menjadi prioritas. Pastor Alex Paat bertugas sebagai pastor paroki sampai tahun 1983.

Selanjutnya Pastor Marc vanden Berghe CICM datang dan melanjutkan tugas kegembalaan Pastor Alex Paat di paroki Kristus Raja Andalas. Pastor Marc vanden Berghe banyak memberikan warna baru dalam bidang pewartaan/katekese di paroki Kristus Raja hal ini karena minat beliau yang sangat besar dalam bidang ketekese dan pewartaan. Beliau dikenal dengan buku pegangan katekese “Akulah Jalan” yang dibuatnya dan diterbitkan oleh penerbit OBOR, Jakarta yang sampai sekarang masih menjadi salah satu buku pegangan utama dalam katekese persiapan penerimaan sakramen baptis dibanyak paroki di Indonesia. Hal lain yang juga menjadi kontribusi besar Pastor Marc vanden Berghe adalah pembelian tanah yang berlokasi di Jalan Lamputang yang digunakan membangun Aula paroki pada masa tugas Pastor Frans Arring pengganti Pastor Marc vanden Berghe, karena pada tahun 1986 Pastor March vanden Berghe berpindah tugas ke Jakarta untuk menjadi Pastor Paroki di Paroki Kristus Salvator Slipi.

Pastor Frans Arring memulai tugasnya sebagai pastor paroki Kristus Raja dengan sebuah tantangan yaitu pembangunan Aula Paroki yang tanahnya sudah berhasil dibeli oleh pendahulunya. Dalam rancangan awalnya aula paroki akan dibuat berlantai dua tetapi akhirnya dibuat berlantai tiga. Lantai satu gedung aula dibuat dengan plafon yang tinggi agar dapat digunakan untuk kegiatan olah raga, seperti bulutangkis dan tennis meja. Selanjutnya lantai dua akan digunakan untuk ruang rapat dan kegiatan rohani lainnya. Pembangunan gedung aula paroki itu berjalan dengan lancar berkat dukungan seluruh umat dan akhirnya diresmikan penggunaannya pada tanggal 11 Desember 1988 oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Makassar Mgr Frans van Roessel CICM.

Periode 1989 – 1999

Dalam dekade ini tercatat ada beberapa hal penting yang berlangsung diantaranya adalah peringatan 50 tahun paroki Kristus Raja Andalas yang puncaknya berlangsung pada hari minggu 24 Oktober 1989. Saat peringatan ini dilaksanakan oleh Pastor Frans Arring masih menjadi pastor paroki, dan ketua panitia peringatan adalah Bpk A Sukowaluyo. Perayaan berlangsung sangat meriah diawali dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Agung Mgr Frans van Roessel CICM ada beberapa ko-selebran diantaranya Pastor Frans Arring (pastor paroki), Pastor Pattyn, Pastor Alex Paat, Pastor Marc vanden Berghe, Pastor Ludo Reekmans, dan beberapa pastor lain. Sesudah perayaan ekaristi meriah dilanjutkan dengan ramah tamah, hiburan, serta pertandingan olahraga. Pastor Frans Arring masih melanjutkan tugas kegembalaannnya sampai pada pertengahan tahun 1990 dan selanjutnya berpindah tugas ke Seminari Menengah Santo Petrus Claver sebagai Rektor. Tugas Pastor Frans Arring di paroki Kristus Raja kemudian dilanjutkan oleh Pastor Adrianus Jos van Rooij CICM, yang sebelumnya adalah Pastor Paroki Santo Yoseph Pekerja Gotong-Gotong. Sebelum kedatangannya Pastor Jos van Rooij makan Pastor Arie Maitimo Pr (alm) menjadi pelaksana tugas pastor Paroki Kristus Raja.

Kehadiran Pastor Jos van Rooij menjadikan Paroki Kristus Raja semakin berkembang karena beliau dengan gaya pastoral dan pewartaannya yang unik memberikan warna tersendiri dalam kehidupan umat di paroki Kristus Raja.

Periode 1999 – 2009

Dalam periode ini beberapa pastor yang menjadi pelaksana tugas kegembalaan diantarannya Pastor Leo Paliling, Pastor Bartho Liling, dan Pastor Maris Marannu. Masa tugas Pastor Leo sebagai pejabat pastor paroki Kristus Raja hanya singkat yaitu kurang lebih satu tahun (16 Agustus 1998 – 1 Agustus 1999) tetapi Pastor Leo meninggalkan warisan yang sangat penting di Paroki Kristus Raja yaitu Koor Credo yang berdiri pada masa tugasnya dan sampai sekarang masih tetap setia melayani perayaan ekaristi di Paroki Kristus Raja.

Tugas kegembalaan kemudian beralih kepada Pastor Bartho Liling, yang pada masa tugas Pastor Jos van Rooij CICM membantu sebagai pastor bantu di Paroki Kristus Raja. Tidak banyak catatan yang menonjol pada masa kepemimpinan Pastor Bartho yang bertugas selama empat tahun (25 Agustus 1999 – 30 Agustus 2003) dan digantikan oleh pastor ‘legendaris’ Pastor Maris Marannu.

Pastor Maris Marannu tiba di Paroki Kristus Raja Adalas pada tanggal 1 September 2003 untuk memulai tugasnya sebagai pastor Paroki Kristus Raja. Seperti juga yang dilakukannya di berbagai paroki tempat bertugas sebelumnya, maka di Paroki Andalas Pastor Maris (demikian biasannya beliau disapa) memulai karya pastoralnya dengan belajar untuk mengenal situasi dan kondisi umat, serta berbagai persoalan yang ada dalam lingkungan paroki Kristus Raja. Hal yang dilakukannya cukup sederhana yaitu mengunjungi umat dirukun dan wilayah, serta mengadakan rapat/pertemuan dengan Dewan Pastoral dan para ketua rukun, wilayah, kelompok kategorial dan berbagai wadah dalam paroki lainnya. Hasilnya Pastor Maris dapat menyelesaikan banyak persoalan-persoalan internal dalam paroki Kristus Raja dengan bijaksana dan dapat diterima oleh umat dengan sangat baik. Hal-hal yang menonjol yang menjadi warisan yang ditinggalkan oleh Pastor Maris untuk umat di Paroki Kristus Raja adalah kedisplinan dan semangat pelayanannya yang luar biasa; kemampuannya untuk mengenal potensi dan kemampuan pribadi anggota umat; dan kedekatannya dengan umat yang menjadi tanggungjawab pelayanannya di paroki Kristus Raja.

Kegiatan-kegiatan baik kategorial maupun territorial yang begitu hidup dan berkembang di Paroki Kristus Raja tidak dapat dilepaskan dari kepemimpinan Pastor Maris yang begitu luar biasa. Selama masa tugasnya di paroki Kristus Raja Pastor Maris dibantu oleh beberapa Pastor sebagai Asisten tetap maupun tidak tetap. Diantara yang sering sekali membantu di paroki Kristus Raja, antara lain: RD. Emmanuel K Para’pak, RD Frank Bahrun (alm), RD Paulus Galle’, RP Leo Sugiyono MSC, dan RD Marselinus Lolo Tandung yang kemudian menggantikan Pastor Maris sebagai Pastor Paroki Kristus Raja pada 1 Oktober 2013.

Periode 2009 – 2021

Pastor Marselinus Lolo Tandung Pr menjadi pastor paroki yang ke 12 dari Paroki Kristus Raja ketika beliau menggantikan Pastor Maris Marannu pada tanggal 1 Oktober 2013. Namun demikian Pastor Marsel bukanlah orang baru di Paroki Kristus Raja. Beliau memulai kiprahnya di Paroki Kristus Raja sebagai pastor asisten tidak tetap sejak tahun 2005.

Pastor Marsel adalah pastor yang energik dengan pembawaan yang ramah dan supel serta mudah bergaul. Beliau menandai kegembalaannya di Paroki Kristus Raja dengan melanjutkan pendekatan kepada umat paroki namun juga memperluas dengan relasi yang baik dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat dakam Forum Kerukunan Antar Umat Beragama dimana beliau menjadi anggota dengan tingkat partisipasi yang sangat tinggi. Salah satu karya besar yang menjadi catatan penting dalam sejarah perkembangan paroki Kristus Raja adalah upaya dan kerja keras untuk membangun Aula dan Gedung Serbaguna Paroki serta gedung paroki baru untuk menggantikan gedung lama berlantai tiga yang sudah di robohkan. Pada tanggal 25 November 2018 diresmikanlah Gedung Serbaguna Paroki Kristus Raja dan gedung paroki yang baru mulai dibangun.

Selama masa tugasnya di paroki Kristus Raja Pastor Maris dibantu oleh beberapa Pastor sebagai Pastor Bantu ataupun sebagai Vikaris Parokial, yaitu : RD. Stefanus Oslan Lewi (sebagai Pastor Bantu), RD. Agustinus Kale’pe’ (Vikaris Parokial) dan RD. Agustinus Matasak (Vikaris Parokial). RD. Agustinus Kale’pe’ yang kemudian menggantikan Pastor Marselinus Lolo Tandung sebagai Pastor Paroki Kristus Raja Andalas pada tahun 2021.

Periode 2009 – 2019

Pastor Agustinus Kale’pe’ menjabat sebagai Pastor Paroki Kristus Raja Andalas sejak bulan September 2021. Pada 1 Februari 2023 dilaksanakan perayaan Dedikasi Gereja Kristus Raja Andalas yang dihadiri oleh pejabat penting.

Paroki Kristus Raja Andalas memiliki 11 Rukun yang tersebar dalam 5 wilayah sebagai berikut:

  1. Wilayah St. Aloysius Gonzaga
  1. Rukun St. Christoforus
  2. Rukun St. Maria
  1. Wilayah St. Fransiskus Xaverius
  • Rukun St. Fransiskus Xaverius
  1. Wilayah St. Ignasius Loyola
  1. Rukun St. Agustinus
  2. Rukun St. Kamilus
  3. Rukun St. Petrus
  1. Wilayah St. Petrus Faber
  1. Rukun St. Felix
  2. Rukun St. Paulus
  3. Rukun St. Sebastianus
  1. Wilayah St. Robertus Bellarminus
  1. Rukun Maria Bunda Pelindung
  2. Rukun Stella Maris

Dokumentasi Paroki Kristus Raja Andalas dari Masa ke Masa

Sumber : Buku Kenangan 80 th Paroki Kristus Raja – Andalas (1939 – 2019)

Pastor Paroki dan Para Pastor

Pastor Paroki - RD. Agustinus Kale’pe’
(2021 – Sekarang)

Asisten Tetap - RD. Ferdinandus Paulus Niki Towary
(2023 – Sekarang)

Berita Terbaru

HUT SEMINARI TINGGI ANGING MAMMIRI KE-47 “HOME SWEET HOME” ...
PERAYAAN DEDIKASI GEREJA SANTO YOSEP WALE-ALE Dalam rangkaian Ziarah ...
PEMBUKAAN LOKASI ZIARAH YUBILEUM KAMS DI GEREJA ST. YOHANES ...
PERTEMUAN III FRATER TOP DI PAROKI KOLAKA   ...
Umat Bisa mendownload File di bawah ini terkait Informasi ...
SOMA 2025 PAROKI ST. GIOVANI BOSCO SUPPIRAN Pada tanggal ...
FORMASI MISIONER PENDAMPING SEKAMI SANTO PETRUS MAMASA Salam Misioner, ...

Dokumen Download

Sekretariat

Jl. Andalas No.61
Makassar 90157
Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 3617457

Official Website
Peta Lokasi

PAROKI KRISTUS RAJA ANDALAS