SOSIALISASI PEMANFAATAN PERAYAAN KEAGAMAAN DAN BUDAYA UNTUK MEMPERKUAT TOLERANSI REGIO JAWA, SUMATERA, MAM, NTT, PAPUA, KALIMANTAN. (RANGKUMAN HASIL PERTEMUAN) 16 – 18 DESEMBER 2023
19
2
Fakta
Negara. UUD 1945 Pasal 29 ayat (2) menegaskan, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Jaminan tersebut tentu sesuai dengan norma yang berlaku, khususnya norma kepemelukan agama dan beribadat. Dua institusi yang berkenaan dengan norma tersebut, yaitu institusi negara dan institusi agama (Gereja Katolik).
Gereja Katolik. Pelaksanaan perayaan keagamaan Gereja Katolik dilaksanakan menurut ketentuan Gereja Katolik. Teknis pelaksanaannya dipandu oleh antara lain (yang disebut) Kalender Liturgi yang diterbitkan setiap tahun. Sebuah perayaan yang baik memenuhi syarat 1) verum – benar, 2) bonum – baik, 3) pulchrum – indah, 4) sacrum – suci, dan 5) divinum – ilahi).
Penyesuaian dengan budaya.Salah satu ketentuan pelaksanaan perayaan Gereja Katolik adalah penyesuaian dengan budaya. Hal ini merupakan amanat Konsili Vatikan II (4 Konstitusi, 9 Dekrit, 3 Deklarasi), khususnya dalam Konstitusi Sacrosanctum Concilium. Dalam artikel 1, dijelaskan bahwa Konsili Suci bermaksud makin meningkatkan kehidupan kristiani di antara umat beriman; menyesuaikan lebih baik lagi lembaga-lembaga yang dapat berubah dengan kebutuhan zaman kita
Negara hadir melalui Kementerian Agama RI, khususnya Ditjen Bimas Katolik.Penetapan Pemerintah tgl 3 Januari 1946 No. 1/SD (menjadi hari lahirnya Kementerian Agama). Tindaklanjutnya adalah pembentukan organisasi Departemen Agama melalui KMA Nomor 1185/K.J (tgl. 20 Nopember 1946); saat itu Bimas Katolik lahir sebagai Bagian E II yaitu Bagian Roma Katolik. Dan pada Tahun 1963 nama Bimas Katolik menjadi “Bagian Urusan Katolik”. Pada tahun 1975 berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 sebagai pelaksanaan dari Keppres Nomor 44 dan 45 Tahun 1974, Bimas Katolik menjadi Direktorat Jenderal (terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal dan Direktorat Urusan Agama). Pada tahun ….. bertambah satu Direktorat, yaitu Direktorat Pendidikan Katolik.
Umat Katolik 7.286.010 orang (HDI, 2022:132) dalam peziarahan menyelesaikan tugas panggilannya bersendikan motto “seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia”. Peziarahan tersebut terurai dalam lima aspek hidup menggereja (koinonia, diakonia, kerygma, liturgi, dan martyria).
Semenjak Bimas Katolik dibentuk, layanan kepada Masyarakat Katolik terlaksana sesuai situasi dan kondisi semasa. Salah satu sasaran layanan kepada masyarakat Katolik adalah fasilitasi tersedianya rumah ibadah (bantuan sarana dan rehab).
Beberapa kasus terkait pelaksanaan perayaan keagamaan Katolik tidak dapat berjalan dengan baik antara lain karena ketersediaan tempat tidak mendukung. Hingga saat ini masih ada umat Katolik yang belum memiliki gereja, tempat beribadat, dan di beberapa kasus menggunakan aula sekolah (tentu dengan izin dari masyarakat sekitar dan atas persetujuan otoritas gerejani).
Masalah yang dihadapi
Struktur Bimas Katolik tidak memadai menjangkau Masyarakat Katolik
SDM
Regulasi
Sarana & Prasarana
Anggaran
Koordinasi dan tantangan generasi
Persepsi tentang komunikasi dan koordinasi tidak jarang menjadi persoalan tersendiri. Hal ini dilatari oleh situasi dan kondisi masing- masing subyek.
Pelaku koordinasi yang semakin bertambah dan variatif dengan istilah generasi
Relasi-relasi nonformal seperti relasi pribadi atau relasi emosional banyak membantu untuk menjembatani (bila terjadi) kebuntuan (relasi formal).
Follow up
Sosialisasi pemanfaatan Perayaan Keagamaan dan Budaya untuk Memperkuat Toleransi Regio Jawa, Sumatera, MAM, NTT, Papua, Kalimantan, menjadi salah satu strategi bagaimana perayaan keagamaan dan budaya menjadi jalan masuk untuk meningkatkan kerukunan dan meningkatkan partisipasi umat Katolik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. B. PEMANFAATAN PERAYAAN KEAGAMAAN DAN BUDAYA
Perayaan Keagamaan dan Budaya
“perayaan keagamaan dan budaya” dapat dianggap asing atau tidak lazim di kalangan Katolik. Misalnya perayaan natal atau paskah, belum pernah dikatakan Perayaan Natal dan Budaya. Untuk kasus ini hendak disampaikan bahwa “dalam perayaan keagamaan nilai-nilai budaya bekerja
Dalam perspektif tertentu, agama adalah unsur universal kebudayaan (1. Sistem religi dan upacara keagamaan, 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan, 3. Sistem pengetahuan, 4. Bahasa, 5. Kesenian, 6. Sistem mata pencaharian hidup, dan 7. Sistem teknologi dan peralatan).
Fungsi dari religi adalah untuk menjawab pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang mereka anggap lebih tinggi posisinya.Sistem religi contohnya seperti kepercayaan, agama, sampai ritual-ritual adat yang ada di masyarakat. Sistem religi juga ada kaitannya dengan hal-hal sakral atau suci.
Dalam konteks tertentu, (dapat dikemukakan) perayaan keagamaan sekaligus merayakan budaya.
Perayaan Keagamaan, kasus KatolikTerkait perayaan keagamaan katolik, dua hal ingin saya kemukakan.
Perayaan keagamaan harian. Dikenal istilah fakultatif, tidak merupakan sebuah keharusan. Saya golongkan dalam hal ini misa harian pagi jam 6 di gereja atau di kapel. Tingkat mobilitasnya rendah.
Perayaan keagamaan Minggu dan hari-hari besar. Perayaan ini bersifat wajib, bahkan dikenal istilah 5 Perintah Gereja (rayakan hari raya yang disamakan dengan hari Minggu; ikutlah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu; berpuasalah dan berpantanglah pada hari yang ditentukan; mengaku dosalah sekurang-kurangnya sekali setahun, dan sambutlah Tubuh Tuhan pada Masa Paskah) (Puji Syukur, 2006:5).
Tempat budaya dalam perayaan keagamaan?
Merujuk SC, maka dapat disaksikan bagaimana perayaan keagamaan Katolik memanusiakan budaya yang ada (setempat dan semasa).
Kitab Suci yang sudah diterjemahkan dalam bahasa setempat (Bahasa Indonesia, bahasa Daerah).
Pakaian liturgi yang bermotifkan budaya.
Bangunan gereja yang diukir (arsitektur) menurut kearifan lokal (banyak contoh untuk ini).
Nyanyian gereja yang dihimpun dari etnik – suku bangsa1 Indonesia (umumnya dikoordinir oleh Komisi Liturgi Gereja – KWI dan/atau Keuskupan, dikenal namanya PML bahkan LP3KN2 ikut mensponsorinya).
Warisan budaya Indonesia yang aktual hingga dewasa ini adalah gotong royong, dialog, saling menghargai, saling menghormati, rukun, toleran.
Gotong royong bangun rumah ibadah (Uskup Manado, 10 Des 2023).
Keterlibatan Ormas Agama untuk mengusahakan tersedianya rumah ibadat dan/atau tempat peribadatan.
Saling mengunjungi dan mengucapkan salam.
Menyediakan lahan parkir.
C. IMPLIKASI PERAYAAN KEAGAMAAN DAN BUDAYA: DITJEN BIMAS KATOLIK
Tugas dan fungsi Ditura Katolik
Tugas
Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi, serta pengawasan di bidang Urusan Agama Katolik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Psl 347).
Fungsi
Perumusan kebijakan di bidang UAK.
Koordinasi dan pelaksanaan kebijakan di bidang Urusan Agama Katolik.
Peningkatan kualitas Urusan Agama Katolik.
Fasilitasi sarana dan prasarana serta pendanaan Urusan Agama Katolik
Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Urusan Agama Katolik.
Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang Urusan Agama Katolik.
Pelaksanaan administrasi direktorat (Psl 348).
Operasionalisasi
Subdit Kelembagaan
Subdit Penyuluhan
Subdit Pemberdayaan Umat
Program Kerja: sasaran
Peningkatan kualitas layanan Bimas Katolik melalui:
Seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh Subdit Kelembagaan berupa pembinaan dan pemberian bantuan kepada Lembaga Agama Katolik.
Seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh Subdit Penyuluhan berupa pembinaan dan pemberian bantuan kepada Penyuluh Agama Katolik (PNS, PPPK, dan Non PNS).
Seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh Subdit Pemberdayaan Umat berupa pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan-satuan sosial keagamaan Katolik.
Pembinaan dan pemberian bantuan tersebut diarahkan pada upaya peningkatan partisipasi masyarakat Katolik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia. FORMASI LITURGI
Formasi terhadap Liturgi (Formation on Liturgy)
pengetahuan makna teologis dan pemahaman setiap praktik Liturgi.
Formasi oleh Liturgi (Liturgical Formation)
menjadi seperti Kristus yang kita santap
MENGAPA PERLU DAN MENDESAK?
Menurunnya kapasitas umat untuk menangkap misteri keselamatan Allah yang dirayakan dalam Liturgi.
Hilangnya sense of mistery dalam perayaan Liturgi
🡺 direduksi sebagai kumpulan aturan tata perayaan.
Ketidakpekaan pada simbol-simbol dalam Liturgi.
Dua kutub ekstrem dalam pelaksanaan Liturgi
🡺 rubrikisme dan improvisasi yang dangkal dan sembarangan.
PENGETAHUAN LITURGI
Bukan hanya milik kaum tertahbis artinya sebagai pemimpin, kaum tertahbis sudah selayaknya memahami Liturgi dan terus menerus dengan tekun mempelajarinya dalam kekaguman akan misteri Allah.
Perlu dibuka seluas-luasnya bagi seluruh umat beriman.
Khususnya bagi seminaris pengalaman Liturgi yang otentik.
Bagi umat adalah memahami misteri yang dirayakannya
LITURGI DAN BUDAYA
Sejarah Kekristenan:
Yesus orang Yahudi – disunat, dipersembahkan di Bait Allah, berziarah ke Bait Allah, mengikuti Taurat, berkumpul di Sinagoga, merayakan paskah dll.
12 Rasul dan murid-murid Yesus adalah orang Yahudi 🡺 menerima Yesus sebagai mesias, juruselamat. Pembaruan pemaknaan ibadat Yahudi.
Jemaat Pentakosta 🡺 Misi ke tengah jemaat, persinggungan langsung dengan bangsa-bangsa lain.
Penganiayaan dari Yahudi dan Penguasa Roma ibadat di rumah-rumah atau di tempat tersembunyi. Ada di dalam pengejaran dan ancaman penganiayaan. Gereja para Martir.
Edik Milan (313) 🡺 Gereja yang diakui – pertemuan dan penyesuaian dengan kebudayaan Roma – Yahudi, Yunani, Romawi.
Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik 🡺 pertumbuhan dan penyatuan ritus2, pembukuan teks-teks doa.
Gereja Abad Pertengahan 🡺 kesenjangan antara klerus, biarawan-biarawati dan umat sederhana. Liturgi – urusan klerus. Devosi – ibadat umat.
Gereja Misi
🡺 perjumpaan dengan bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, dengan beragam budaya, Bahasa, dan falsafah hidupnya.
Konsili Vatikan II
🡺 Partisipasi aktif, kesadaran penuh seluruh umat beriman. Keterlibatan umat sebagai bagian dari Tubuh Mistik Kristus. Teologi kontekstual – dialog antar agama – pemanfaatan media, liturgi yang diterjemahkan/disesuaikan dengan kebudayaan setempat.
Globalisasi 🡺 Gereja di Tengah kepungan budaya populer, kontemporer.
INKULTURASI LITURGI
Gerakan, dorongan, desakan untuk menampilakn Liturgi yang inkulturatif.
Aneka bentuk inkulturasi 🡺 yang benar-benar diasimilasikan dengan baik atau sekedar permukaan saja.
KWI 🡺 pedoman inkulturasi Gereja Indonesia – Mission Impossible? atau Mission I’mpossible?
Tanggapan Para Romo Tentang Liturgi dan Budaya. Tanggapan Romo Riston:
Terima kasih masukan umat untuk liturgy yang baik dan benar
Formasi liturgi untuk para imam: rekomendasi utama
Kegiatan yang akan datang bisa nyambung dengan kepentingan Pemerintah
Tanggapan Romo Berry:
Inkulturasi bervariasi di setiap keuskupan, tinggal ditata. Inkulturasi tidak perlu dipaksakan jika memang tidak sesuai roh budaya setempat.
Tujuan inkulturasi membuat semakin gampang umat memahami misteri Kristus yang terjabarkan dalam ritus-ritus liturgi.
Tanggapan Romo Yance:
Cara pemilihan lagu: sederhananya: ordinarium dan proprium. Yang paling mudah dipratekkan adalah Ordinarium. Rumusan baku ada di TPE.
Pemilihan lagu disesuaikan dengan 4 elemen yang harus ada dalam sebuah lagu:…
Untuk proprium: lagu pembuka lihat antifon pembuka lalu doa kolekta dan bacaan. Harus dilihat juga Masa Liturgi. Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil, tidak perlu ada lagu antarbacaan.
Lagu persembahan: lihat doa imam menghunjukkan persembahan. Lagu menyatu dengan doa imam.
Lagu komuni: tidak diharapkan menyanyikan Lagu Maria. Bisa dilihat pada antifon komuni.
Lagu Penutup: bisa dilihat dalam Doa Post-Komuni.
Usaha kita adalah membuat umat aktif berpartisipasi dalam liturgi. Liturgi itu berbuah. Tetapi, tidak boleh demi partisipasi, kita melegalkan lagu-lagu profan masuk ke dalam liturgi.
Tanggapan Romo Puri:
Setelah kegiatan ini, kita diharapkan bisa mempraktekkan formasi liturgi yang baik, indah dan berbuah. Menjadi agen perubahan untuk liturgi yang lebih baik.
Materi kegiatan tidak berhenti pada sumber pertama: harus dilanjutkan kepada umat.
Universalitas gerak liturgi diperhatikan
Apa beda lagu liturgi dengan lagu rohani? Sangat bergantung pada cara kita bernyanyi.